“Dulu, tagihan listrik rumah bisa sampai satu jutaan bahkan lebih setiap bulan. belum lagi kondisi listrik sering padam. Tapi setelah pakai panel surya ini hanya bayar Rp200 ribuan saja.” Jelas T.Alwi warga Ulee Kareng.
Matahari mulai meredupkan sinarnya, angin pun mulai berhembus sepoi-sepoi meneduhkan suasana yang sebelumnya terasa terik. Dari ketinggian 7 meter tampak laki-laki paruh baya sedang membersihkan permukaan hitam dari lempengan panel surya yang tersusun rapi diatap rumah sejak beberapa tahun terakhir.
Lempengan panel yang berukuran 1 meter tersebut dapat menyerap panas sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga.
Dari 40 lempengan panel yang dia punya bisa menghasilkan 6.200 watt atau 6,2 Kilowatt yang dikumpulnya sejak tahun 2019. Semua berawal dari hobi dan kondisi listrik di Aceh yang sering mati.
“Awalnya ingin menghemat listrik rumah. Tapi makin lama, saya jadi tertarik mendalaminya, sehingga saya menyicil membeli peralatannya sejak 2019” tuturnya.
Dengan belajar secara otodidak lewat internet dan buku, Alwi mulai merakit sistem sederhana tenaga matahari. Sejak 2019, ia membeli panel surya sedikit demi sedikit. Kini, sebanyak 40 papan panel sudah terpasang di atap rumahnya.

Tren perumahan ramah lingkungan dengan listrik berbasis energi terbarukan kian berkembang. Alwi memasang panel surya bertenaga 6,200 watt atau 6,2 kilowatt (kW).
Meski sehari-hari bekerja sebagai akuntan, Alwi memiliki minat yang kuat pada kelistrikan. Hobi mengutak-atik kabel dan sistem daya menjadi jalan baginya untuk menjajal teknologi tenaga surya.
Sistem itu bekerja secara off-grid, mandiri, tidak bergantung pada jaringan listrik PLN. Energi yang ditangkap panel disimpan dalam baterai, lalu diubah oleh inverter agar bisa digunakan untuk alat-alat rumah tangga.
“Dulu, tagihan listrik di rumah bisa mencapai satu juta setiap bulan. Sekarang, hanya sekitar Rp200 ribu. Penghematannya lumayan, dan lebih tenang juga karena tak sepenuhnya bergantung pada PLN,” ujarnya.

Tak hanya itu, saat terjadi pemadaman listrik keluarganya tetap bisa beraktivitas seperti biasa tanpa terpengaruh dengan pemadaman listrik PLN. Bagi Alwi, teknologi ini bukan cuma soal efisiensi, tapi juga kontribusi nyata untuk lingkungan.
“Dengan menggunakan energi matahari, saya merasa ikut menjaga kelestarian bumi. Energi matahari itu anugerah tak terbatas. Sudah sepatutnya kita manfaatkan secara bertanggung jawab,” katanya.
Bagi Alwi, menjaga bumi tak harus muluk. Cukup dimulai dari rumah dengan cara mengurangi konsumsi listrik berlebih, memilih energi terbarukan salah satunya dengan penggunaan sinar matahari melalui panel surya dan melakukan penghijauan dengan menanam pohon di sekitar tempat tinggal (pekarangan rumah).