InDrive menjadi penantang baru di industri ride-hailing Tanah Air. Pasalnya aplikasi asal California, Amerika Serikat, itu menawarkan biaya bagi hasil aplikasi yang lebih rendah kepada para mitra pengemudi atau driver, hanya 10 persen.
Artinya jatah yang didapatkan pengemudi inDrive adalah 90 persen, cukup banyak dibandingkan dengan aplikasi layanan ride-hailing lain yang rata-rata mengambil komisi driver sebesar 20 persen.
Director of Ride-Hailing APAC inDrive Roman Ermoshin, menuturkan dibandingkan kompetitor ojek online (ojol) lainnya, inDrive memang hanya mengambil komisi dari driver dengan jumlah yang lebih sedikit. Ia memastikan hal itu dilakukan agar kesejahteraan pengemudi tetap terjamin.
“Anda mengambil [pekerjaan sebagai pengemudi], dan aplikasi ini hanya menagih Anda 10 persen,” kata Ermoshin saat konferensi pers di Jakarta.
“10 persen dari perjalanan dan sisanya adalah milik Anda, dan itu memberi Anda, secara harfiah, memberi Anda pekerjaan,” imbuhnya.
InDrive sendiri baru meluncur tahun lalu di Indonesia. Saat ini Ermoshin mengklaim mereka telah memiliki lebih dari 600 ribu mitra pengemudi.
Namun aplikasi ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2012. Lahirnya inDrive disebut sebagai respon atas keluhan masyarakat, yaitu layanan taksi online yang tidak adil.
Ia mengatakan, selama ini harga pasar pada aplikasi transportasi online ditentukan berdasarkan algoritme kompleks dan skema yang tidak transparan sehingga membuat harga tidak wajar. Karenanya, inDrive hadir dengan fitur dengan harga yang dapat dinegosiasikan.
“inDrive meyakini bahwa harga wajar adalah yang dapat dinegosiasikan oleh pelanggan secara langsung. Hal ini menjadi misi inDrive dalam menciptakan harga wajar kepada para pelanggan di berbagai negara di seluruh dunia,” ujarnya.[acl]
Sumber: cnbcindonesia.com