Home Berita Pakar UGM: 20 Tahun Kedepan Diperkirakan Perubahan Iklim Semakin Parah
Berita

Pakar UGM: 20 Tahun Kedepan Diperkirakan Perubahan Iklim Semakin Parah

Share
Banjir Aceh Tamiang awal November 2022
Share

Fenomena cuaca ekstrem di Indonesia cenderung meningkat akhir-akhir ini telah membawa dampak serius terhadap berbagai hal dan sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Seperti meningkatnya eskalasi banjir, kekeringan dan mundurnya masa musim hujan.

Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu Sekaranom, S.Si., M.Sc., mengatakan fenomena cuaca ekstrem di Indonesia meningkat disebabkan dampak perubahan iklim yang saat ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

Diprediksi dalam rentang dua puluh tahun ke depan dampak perubahan iklim yang ditimbulkan jauh lebih parah karena adanya kenaikan suhu global yang lebih tinggi.

“Diprediksi oleh banyak lembaga internasional bahwa suhu akan meningkat dan hawa panas di mana-mana di belahan bumi ini,” kata Andung dalam seminar yang bertajuk Prediksi Musim; Antara Variabilitas dan Perubahan Iklim, Jumat (24/3/2023), di ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM.

Menurutnya, negara yang berada di daerah tropis dan subtropis, selain mengalami peningkatan temperatur juga akan mengalami peningkatan curah hujan. “Hingga tahun 2100 akan semakin tinggi tingkat curah hujan ada kaitannya dengan bencana sehingga perlu mitigasi,” katanya.

Andung menilai perubahan iklim dapat berpotensi menjadi katalis perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam jangka pendek, namun seringkali terkendala keterbatasan data untuk dianalisis.

Namun, di tingkat masyarakat, sebutnya, persepsi terkait dengan dampak perubahan iklim ini dapat berbeda-beda karena faktor usia, lokasi tempat tinggal dan tingkat pendidikan sehingga penting adanya konfirmasi persepsi dengan data.

“Kita butuh data lebih detail seberapa besar dampak dari perubahan iklim ini,” jelasnya.

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Pusat, Supari, S.Si., M.Sc., Ph.D., menyampaikan data layanan informasi cuaca di BMKG sendiri menggunakan data dari hasil observasi 42 radar, 113 meteorologi station, 102 upper air station, 14 marine meteorologi station, dan lebih 1200 Automatic Weather Station (AWS).

Dari data observasi ini umumnya menyampaikan kondisi cuaca di permukaan, atmosfer, juga terkait kondisi angin, suhu, tekanan dan kelembaban udara. Lalu, tim melakukan asimilasi data dengan menggabungkan semua data pengamatan yang dikonversi menjadi sebuah model prakiraan.

“Hasil pemodelan cuaca dengan bentuk prakiraan berbasis dampak. Kemudian bisa memberikan informasi lebih lanjut dengan prakiraan dan dampak yang dihasilkan,” paparnya.[acl]

Share
Related Articles
Warga Teupun Tinggi, Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan, masih bertahan dilokasi PT ASN, menuntut kejelasan lahan plasma desa, Minggu (18/05/2025). Poto : Dok Warga.
BeritaHeadlineNews

Warga Teupin Tinggi Masih Duduki Perkebunan Sawit PT ASN, Minta Perjelas Plasma

Ratusan warga Gampong Teupin Tinggi, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan masih...

BeritaUncategorized

Warga Tepintinggi Bermalam di Lahan Sengketa PT ASN

Demi menuntut kejelasan akan lahan plasma yang selama ini dikuasai oleh PT...

Gubernur Aceh Muzakir Manaf menghadiri upacara pelepasan JCH Aceh Kloter I, di Asrama Haji Embarkasi Aceh, Sabtu (17/05/2025). Poto : Fitri Juliana / Digdata.id
BeritaHeadlineNews

Selamat Menunaikan Ibadah Haji, Para Dhuyufurrahman

393 Jemaah haji kelompok terbang (Kloter) I asal Kota Banda Aceh mulai...

BeritaHeadlineNews

Jelang Keberangkatan, 26 JCH Aceh Batal Tunaikan Ibadah Haji

Sejumlah Jemaah Calin Haji (JCH) asal Aceh yang telah melunasi Biaya Perjalanan...