Tutupan hutan alam di Provinsi Aceh, yang dikenal sebagai pertahanan terakhir hutan di Sumatera terus mengalami penyusutan dalam 10 tahun terakhir. Penyabab utama dari penurunan tersebut karena alih fungsi hutan, pembalakan serta Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang masih marak prakteknya di Tanah Rencong.
Berdasarkan data dari acehdata.digdata.id, sisa tutupan hutan pada 2014 lalu mencapai 3.071.373 hektar, mengalami penyusutan 4 persen sisa hutan pada 2022 lalu, yaitu hanya tersisa 2.956.041 hektar. Artinya ada kehilangan tutupan hutan sebanyak 130.743 hektar sejak 2014 hingga 2022 lalu.
Rata-rata sekitar 15 ribu hektar hilang setiap tahunnya. Kondisi ini diperkirakan setiap 27 s.d 30 menit, Aceh kehilangan satu hektar tutupan hutan. Celakanya, perbaikan tata kelola kehutanan untuk mengurangi laju deforestasi belum diimbangi dengan politik anggaran untuk memperbaiki dan menjaga hutan.
Parahnya, kehilangan tutupan hutan di Aceh sekitar 58 persen berada di hutan lindung, hutan produksi dan taman nasional. Sisanya sekitar 42 persen berada dalam Areal Penggunaan Lain (APL).[acl]