Stunting itu bukan penyakit, tetapi pola asuh orang tua sejak hamil hingga 1000 hari kehidupan pertama harus mendapatkan asupan gizi yang cukup. Pencegahannya pun tidak membutuhkan biaya mahal, karena Aceh memiliki segalanya.
Penyebab utama stunting akibat kurang gizi kronis, karena asupan gizi tidak tercukupi dalam waktu lama. Sehingga tumbuh kembang anak terganggu sejak usia anak masuk dalam golden age.
Kekurangan gizi terjadi dari sejak bayi dalam kandungan hingga pada masa awal setelah bayi lahir akan mengalami gizi kronis ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Ada empat asupan gizi yang terpenting yang dibutuhkan untuk mencegah stunting, yaitu protein, zat besi, karbohidrat dan kalsium. Semua yang diperlukan itu sangat mudah ditemukan di Serambi Mekkah.
Protein misalnya, baik hewani maupun nabati dengan mudah ditemukan di Tanah Rencong dengan harga yang ekonomis. Terlebih Aceh memiliki pesisir pantai yang luas dan salah satu daerah penghasil ikan yang melimpah. Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Provinsi Aceh menyebutkan, potensi perikangan tangkap di Serambi Mekkah mencapai 230 ribu ton per tahun.
Dikutip halodoc.com, protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang anak. Hal ini disebabkan protein sebagai nutrisi utama untuk pembentukan jaringan, seperti otot, kulit, hingga tulang. Selain itu, protein juga bisa meningkatkan sistem imun tubuh anak yang membuat anak akan terhindar dari infeksi secara berulang.
Begitu juga kebutuhan zat besi cukup mudah diperoleh di Aceh. Seperti daging merah, sayuran hijau, tahu, biji buah labu dan kacang-kacangan. Tahu misalnya yang harga ekonomis salah satu makanan mengandung zat besi yang bisa digunakan untuk memenuhi asupan zat besi harian. Dalam semangkuk atau setara 126 gram tahu memiliki kandungan sekitar 3,4 mg zat besi.
Untuk memaksimalkan penyerapan zat besi oleh tubuh, disarankan untuk mengonsumsi makanan mengandung zat besi dengan makanan tinggi vitamin C, seperti tomat dan buah jeruk.
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi sehari-hari, cukup mengonsumi makanan bergizi seimbang, termasuk makanan mengandung zat besi di atas. Namun, jika dirasa kurang, bisa menambah asupan zat besi dengan mengonsumsi suplemen dengan berkonsultasi dengan dokter.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan suplemen zat besi dengan dosis 30–60 mg untuk orang dewasa. Konsumsi suplemen zat besi bisa membantu mencegah kurang darah dan menambah jumlah hemoglobin.
Sedangkan untuk kebutuhan karbohidrat rasanya mudah didapatkan di Aceh. Seperti beras, ubi jalar, singkong, jagung, kentang dan buah-buahan. Semua itu sangat mudah ditemukan di Tanah Rencong dengan harga ekonomis.
Jangan lupa memberikan anak asupan karbohidrat agar kebutuhan energi selalu terpenuhi sehingga optimal dalam melakukan berbagai aktivitas fisik. Anak-anak yang rutin melakukan aktivitas fisik dapat terhindar dari gangguan tumbuh kembang.
Bgeitu juga dengan kalsium menjadi salah satu nutrisi untuk pembentukan tulang yang optimal. Untuk itu, sebaiknya penuhi kebutuhan kalsium anak sesuai dengan usianya agar terhindar dari kondisi stunting.
***
Selain itu ada ada sebuah inovasi dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) deng harga terjangkau. Selama ini makanan tambahan biasanya menggunakan fortifikasi untuk menambah zat gizi dengan bahan baku yang masih diimpor sehingga menimbulkan persoalan biaya.
Melihat persoalan ini, mahasiswa UGM membuat inovasi PMT dengan harga terjangkau dan bahan yang mudah ditemui berupa Sprouted Snack Bar (SSB) yang dapat memenuhi 3 zat gizi utama untuk mencegah stunting yaitu protein, zat besi, dan seng. SSB ini terbuat dari bahan utama kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kacang kedelai berkecambah, dan pisang.
“Alasan dipilihnya produk snack bar karena cemilan ini disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama,” terang Adiva Aphrodita, mahasiswa Fakultas Biologi dikutip dari situs resmi ugm.ac.id.
Mahasiswa angkatan 2020 ini mengembangkan produk bersama empat mahasiswa UGM lainnya, yaitu Matilda Jesseline Gabriela Giovanni (Fakultas Biologi 2020), A. Najib Dhiaurahman (Fakultas Biologi 2020), Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni (FK-KMK 2019), dan Nur Afni Oktri Fiana (FTP 2019), di bawah bimbingan Lisna Hidayati, S.Si., M.Biotech.
Ia menerangkan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%. Angka ini menurun 6,4% dari angka tahun 2018 sebesar 30,8%, namun masih tergolong tinggi dan berada di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20%.
Bijian berkecambah sendiri memiliki kandungan protein dan mikronutrien yang lebih tinggi dibanding biji utuh karena proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang terkandung. Kedelai, beras merah, dan kacang merah yang telah berkecambah mengandung protein tinggi dan kadar fitat menurun yang mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng.
“Konsumsi pangan tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin serum darah sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Selain itu, zat besi membantu sintesis kolagen jaringan tulang, sementara seng membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur,” paparnya.
Selain membandingkan kandungan produk antara bijian berkecambah dengan biji dorman, tim ini juga telah melakukan perbandingan dua metode pengolahan yaitu metode sangrai dan oven. Mereka kemudian melakukan uji organoleptik produk pada anak SD, uji nutrition facts, dan uji in vivo.
“Inovasi SSB ini mampu menjadi alternatif jajanan bergizi untuk anak sekolah. Dengan adanya produk ini, diharapkan ada peningkatan kualitas makanan untuk anak-anak sehingga dapat menekan angka stunting di Indonesia,” pungkas Adiva.
Itulah beberapa nutrisi yang dibutuhkan untuk menghindari kondisi stunting pada anak. Berikan anak buah, sayuran, dan jenis makanan sehat lainnya agar kebutuhan nutrisi dan gizi terpenuhi dengan baik.[acl]