Senyum bahagia tergambar jelas di wajah Khafizah, seorang peserta Sikula (sekolah) Gampong Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Ia berhasil membuat satu kreasi dari daun kelapa yang diajarkan para relawan di Sikula Gampong Nusa.
Ia sangat antusias mengikuti kegiatan yang diadakan pemuda Gampong Nusa, yaitu membuat ragam kerajinan dari daun kelapa dan membuat laying-layang, yang bahan bakunya di hasilkan dari Gampong Nusa.
Hal yang sama juga dirasakan seratusan anak-anak lainnya yang ikut program Sikula Gampong Nusa.
Program Sikula Gampong Nusa digagas sebagai upaya untuk mengajarkan dan memperkenalkan kearifan lokal Gampong Nusa sejak dini kepada anak-anak.
Sikula ini tidak dirancang dengan konsep kurikulum yang ditata sedemikian rupa. Namun, segala materi dan bahan ajar disusun on the spot berdasarkan kebutuhan bersama yang akan berkembang di setiap pertemuan.
Sekolah bernuansa Alam ini dirancang untuk 3 bulan, berlangsung dari pukul 08.00-11.30 WIB di seluruh wilayah Gampong Nusa dan akan ditutup pada perhelatan Nusa Festival 2022 dengan pembagian rapor. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi bersama.
Rektor Sikula Nusa, M. Khaidir, mengatakan gagasan berdirinya Sikula Nusa tersebut dilatarbelakangi berbagai permasalahan di gampong, salah satunya tergerusnya pengetahuan kearifan lokal di lingkungan anak-anak dan minimnya kesadaran wisata berbasis Gampong di kalangan masyarakat khususnya anak-anak.
“Selama ini belum ada satu wadah yang dapat mengumpulkan anak-anak untuk diarahkan dan diberi edukasi, sehingga kita dirikan Sikula Nusa ini sebagai wadah edukasi,” katanya.
Di setiap pertemuan dalam kegiatan Sikula Nusa, yang berlangsung setiap hari Ahad, anak-anak diajak berkreasi, bermain, dan belajar bersama oleh pemuda-pemudi Gampong Nusa terkait pengetahuan lokal serta penggunaan bahasa Aceh di dalam kegiatan sikula.
“Mereka juga diarahkan untuk belajar mengkreasikan kerajinan-kerajinan dari bahan lokal, seperti daun pohon kelapa dan bambu,” ujar Khaidir.
Khaidir menambahkan bahwa kurikulum Sikula ini disusun berdasarkan kebutuhan bersama yang akan berkembang disetiap pertemuan.
Misalnya materi pertemuan kedua adalah keunebah indatu atau dala bahasa Indonesia diartikan sebagai warisan nenek mloyang. Materi ini fokus pada anyaman dari daun kelapa, sedangkan pada pertemuan berikutnya dapat berkembang lagi sehingga apapun aktivitas anak-anak menjadi aktivitas belajar dalam kurikulum Sikula Nusa.
Tak hanya sampai disitu saja, dalam lanjutanya, anak-anak Gampong Nusa juga akan dibekali pengetahuan wisata berbasis gampong (desa) sehingga mereka mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap peran membangun gampong.
“Seluruh area gampong Nusa akan menjadi gudang ilmu dan alam pedesaan menjadi laboratorium terbesar untuk Sikula Nusa,” katanya.
Gagasan dan konsep yang diusung dalam Sikula Nusa ini juga disenangi siswa sekolah Nusa yang sekarang ini berjumlah kurang lebih 130 anak.
“Kami senang kalau sudah hari Minggu karena ada Sikula Nusa. Di sini, kami bisa belajar apapun yang kami suka,” kata siswi Sikula Nusa, Khafizah.
Keindahan Alam yang masih asri serta budaya yang masih terawat di desa Wisata tersebut menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke Gampong Nusa. (Yan)