Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Turki dan Suriah terus naik, kini mencapai 11.200 orang, menurut kantor berita AFP. Tim penyelamat terus bekerja keras mencari korban selamat di bawah reruntuhan gedung-gedung.
Angka meninggal dunia di Turki terkonfirmasi 8.574, menurut badan kedaruratan negara itu.
Lebih sulit untuk memverifikasi jumlah korban di Suriah, namun media resmi negara itu dan tim penyelamat mengatakan sekitar 2.662 orang tewas.
Menurut kabar dari KBRI, dua orang warga Indonesia yang berada di Kahramanmaras – ibu dan anaknya – ditemukan meninggal dunia di bawah reruntuhan.
“Tim KBRI Ankara yang diterjunkan ke lokasi telah mengurus pemulasaraan jenazah,” kata Judha Nugraha dari Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Sementara itu, dua WNI pekerja spa therapist masih berstatus “belum bisa dihubungi” di Dyarbakir dan dalam pelacakan tim evakuasi KBRI.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memulai kunjungannya ke area-area terdampak gempa, sementara tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat di bawah reruntuhan.
Menanggapi kritik lambatnya penanganan dan penyelamatan di sejumlah area terdampak, Erdogan mengakui ada beberapa masalah dengan tanggap darurat di masa awal bencana.
Namun sekarang semua sudah berjalan normal, kata dia.
“Awalnya ada masalah di bandara-bandara dan di jalan-jalan, tapi hari ini semuanya sudah lebih mudah, dan besok akan lebih mudah lagi,” ujar Erdogan.
“Kami telah memobilisasi semua sumber daya,” tambahnya.
“Negara menjalankan tugasnya.”
Tim penyelamat masih berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan korban gempa di Turki selatan dan Suriah utara yang tertimpa reruntuhan bangunan.
Badan penanggulangan bencana Turki telah mengerahkan 24.400 personel untuk membantu proses evakuasi.
Gempa mematikan berkekuatan 7,8 berpusat di dekat Kota Gaziantep, Turki, pada Senin dini hari ketika kebanyakan orang sedang tidur.
Lalu, terjadi getaran selanjutnya yang berkekuatan 7,5 yang terjadi sekitar pukul 13:30 waktu setempat, yang menurut para pejabat “bukan gempa susulan”
Sumber : BBC Indonesia