906 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Banda Aceh beserta dewan guru mengikuti edukasi mitigasi atau pengurangan terhadap risiko bencana.
Eduikasi Mitigasi bencana tersebut dipusatkan di halaman SMP Negeri 1 Banda Aceh di Banda Aceh, Rabu 7 Agustus 2024. Para siswa di arahkan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, jelang pukul 09.10 menit terjadi gempa berskala besar hingga menimbulkan bunyi sirene peringatan tsunami.
Tepat pukul 09.10 menit sirene tsunami dibunyikan, para siswa terlihat panik, suasana kelas mulai gaduh. Para siswa duduk dilantai dan bersembunyi di bawah kolong meja. Saat gempa reda para siswa mulai di arahkan kan oleh guru kelas untuk keluar ke halaman sekolah sembari melantunkan zikir sebagai doa agar bencana segera berakhir.
Kepala sekolah dan bagian kesiswaan meminta para walikelas untuk menghitung kembali jumlah anak didiknya. apakah masih ada yang bertahan di kelas dan terluka.
Selanjutnya, tim palang merah sekolah berkumpul di titik tertentu dan kemudian menyusuri setiap kelas. Mereka mengevakuasi rekan-rekan mereka yang mengalami luka-luka atau cedera akibat bencana alam tersebut.
Sejumlah guru juga memberikan pengarahan kepada anak didik mereka seraya menunggu informasi dari lembaga terkait dengan kebencanaan. Ketika menerima informasi kekuatan gempa dan ada potensi tsunami, ratusan pelajar tersebut diarahkan menuju ke tempat aman. Sementara, korban luka-luka dievakuasi menggunakan ambulans.
Kepala SMP Negeri 1 Banda Aceh Rima Afriani mengatakan simulasi gempa dan tsunami ini diberikan kepada anak didik sebagai edukasi dalam mitigasi, sehingga dampak negatif dari bencana bisa diminimalisasi. Kegiatan tsunami dril ini penting diberikan kepada siswa didiknya mengingat Aceh merupakan daerah rawan gempa dan letak sekoolahnya berada didaerah basis tsunami.
“Kegiatan ini adalah bentuk edukasi dari pihak sekolah untuk anak-anak didiknya mengingat lokasi SMP Negeri 1 Banda Aceh berada di zona rawan tsunami dan dekat sekali dengan jalur evakuasi warga kota Banda Aceh. dan Simulasi ini merupakan edukasi kepada anak didik agar mereka memahami bagaimana menghadapi gempa dan tsunami”. Katanya.
Rima Afriani juga mengatakan simulasi gempa dan tsunami ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya sejak 2010. Simulasi ini sebagai bekal bagi mereka jika suatu saat menghadapi kejadian serupa, karena manak-anak didiknya merupakan anak-anak yang lahir setelah 5 tahun kejadian tsunami sehingga tidak ada pengetahuan tentang gempa tsunami di mereka.
Rima juga mengatakan, kegiatan tsunami driil ini dilakukan secara mandiri oleh pihak sekolah. Sebelum simulasi digelar, semua peserta didik diberikan pembekalan apa itu gempa dan tsunami, termasuk menonton kejadian nyata bencana 26 Desember 2004.
“Dengan bekal ini, paling tidak mereka bisa mengurangi dampak dari risiko sebuah bencana. Kami juga mengharapkan pembelajaran simulasi ini juga ditular anak didik kepada keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya,” kata Rima
Tsunami dril ini sangat penting untuk para siswa, mengingat SMP Negeri satu ini berada di daerah basis tsunami dan ini merupakan kegiatan tahunan, dan ini merupakan edukasi buat anak-anak kita di sekolah yang dulu belum pernah merasakan bencana gempa dan tsunami. agar mereka punya bekal suata saat jika mereka menghadapi bencana seperti ini. ketika sudah ada bekal dan ilmunya paling tidak mereka bisa menyelamatkan diri sendiri.
Untuk jalur evakuasi kita sebenarnya di mesium tsunami dan itu yang paling aman untuk evakuasi karena lebih tinggi namun karena jumlah anak kita rame hingga 906 orang jd tidak kita rahkan kesana karena susah kita akomodirnya, akhirnya kita ambil keputusan pakai jalur evakuasinya halaman sekolah saja. dan kita pernah lakukan simulasi dengan jalur evakuasi yang sebenarnya ya itu ke meuseum tsunami pada tahun 2019.