Peringatan 20 tahun Tsunami Aceh akan dipusatkan di Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh. Sejumlah persiapan pun dilakukan panitia penyelenggara.
“Persiapan telah dilakukan dengan matang untuk menyambut kegiatan besar ini,” kata Kepala Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh, Zahrol Fajri, pertengahan Desember 2024, lalu.
Ada banyak rangkaian kegiatan yang dilakukan, mulai dari malam renungan, seminar dengan menghadirkan pembicara nasional dan internasional, hingga doa bersama dan berzikir.
Selain mengusung tema yang sudah ditetrapkan oleh pemerintah, yakni “Thanks to The World,” peringatan renungan pasca gempa dan tsunami tahun ini juga menyematkan tagline “Na Ingat, Seulamat”.
“Ini bermakna kita harus ingat bencana yang lalu, dan kemudian ingat bagaimana harus menjaga dan mengevakuasi diri jika bencana kembali terjadi, dan ingat bahwa pemahaman mitigasi bencana harus selalu dipelajari dan disampaikan kepada anggota keluarga dan masyarakat, dengan demikian kita akan memnimlisir korban jiwa,” ujar Zahrol.
Zahrol juga menekankan, yang utama adalah mengingat akan Kuasa Allah Maha Kuasa, bahwa semua ini terjadi karena kehendakNya, dan hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Kuasa dengan meningkatkan kualitas ibadah dan hidup bersyariat.
Sementara itu, Kepala UPTD MRB, Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh, Saifan Nur mengatakan, konsep peringatan yang diusung adalah area taman terbuka, di mana masyarakat dapat berkumpul, mengenang, dan merefleksi tragedi tsunami.
“Kita mengangkat tema Aceh Thanks The Word, Beranjak Dari Masa Lalu Menuju Masa Depan Aceh Bersyariat,” ujarnya.
Saifan Nur menjelaskan, peringatan 20 tahun pasca tsunami Aceh juga menjadi ajang refleksi bagi masyarakat dan dunia. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menghadiri acara ini, tidak hanya untuk mengenang para korban yang telah gugur, tetapi juga untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi bencana.
“Melalui peringatan ini, kita ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Aceh adalah wilayah yang tidak hanya tangguh dalam menghadapi bencana, tetapi juga kaya akan tradisi Islami yang kuat,” kata dia.
Pemerintah Aceh berharap bahwa peringatan ini tidak hanya menjadi ajang mengenang, tetapi juga menjadi pembelajaran kolektif untuk membangun ketahanan berkelanjutan.
“Kita berharap masyarakat terus bisa memahami pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana,” ujarnya. (Yan)