Angka meninggal dunia akibat menderita ginjal akut di Aceh hingga Minggu (23/10/2022) mencapai 22 anak. Kota Banda Aceh merupakan daerah tertinggi ditemukannya kasus gagal ginjal.
Data yang dirilis oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh – sejak Juni hingga medio Oktober 2022, total yang menderita ginjal akut 29 anak.
Kasus ginjal akut mencuat ke publik terjadi dalam bulan Oktober 2022. Kementerian Kesehatan sudah menginstruksikan untuk menarik semua obat sirup yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal pada anak.
Pemerintah pun kemudian meminta kepada masyarakat agar tidak memberikan obat sirup parasetamol yang diduga menjadi sumber masalah. Kendati Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM, Prof. Apt. Zullies Ikawati, Ph.D menyebutkan penyebab gagal ginjal akut pada anak di Indonesia masih menjadi sebuah misteri. Belum bisa dipastikan ada tidaknya keterkaitan antara gagal ginjal akut dengan konsumsi obat berbentuk sirup, terutama yang mengandung parasetamol.
Hal senada juga disampaikan Ketua IDAI Aceh, Syafruddin Haris bahwa penyebab utama gagal ginjal pada anak belum diketahui secara pasti. Tetapi ia menghimbau kepada masyarakat agar tetap menghentikan sementara menggunakan obat tersebut saat anak sakit.
“Gagal ginjal akut ini masih kita bilang misterius, karena penyebabnya sampai saat ini belum kita ketahui dengan pasti, walaupun ada yang mengatakan akibat pelarut dari obat, tapi masih dalam penyelidikan,” jelas Syafruddin dalam konferensi pers pada minggu (23/10/2022).
Syarifudin mengaku, awalnya ada 31 kasus ditemukan yang gagal ginjal di Aceh. Dari jumlah itu 29 pasien sudah terverifikasi menderita ginjal akut pada anak.
Syafruddin mengatakan kasus gagal ginjal akut pada anak terus mengalami peningkatan, Banda Aceh mendominasi dengan 12 pasien. kemudian urutan kedua yakni Aceh Tengah dengan tiga pasien dan ketiga adalah Aceh Utara, Aceh Besar, Aceh Barat, Bireuen, Abdya, Langsa dan Lhokseumawe masing-masing satu pasien.
IDAI Aceh mengimbau kepada masyarakat, para orang tua khususnya, jika terjadi pengurangan jumlah urine agar segera mendatangi pelayanan kesehatan terdekat. “Jika penanganannya cepat, maka cepat juga penyembuhannya. Kita juga mesti mengimbau jangan memberikan dulu lah obat sirup, bukan karena semuanya bermasalah, tapi ini sedang diteliti,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Safrizal Rahman mengharapkan perhatian penuh dari seluruh tenaga kesehatan agar dapat juga mengedukasi masyarakat tentang permasalahan ini.
“Kita juga berharap pemerintah kabupaten/kota sama-sama terjun mensosialisasikan permasalahan ini agar kedepannya kita bisa menghindarinya,” harap Safrizal.[acl]