Rendahnya capaian imunisasi dasar anak di Aceh, mengharuskan para pemangku kebijakan melakukan berbagai cara untuk menyosialisasikan pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) bagi anak.
Dinas Kesehatan Aceh mencatat cakupan Imunisasi Dasar Lengkap anak di tanah rencong pada 2022, hanya dibawah 50 persen, atau tidak mencapai target yang ditetapkan, yakni 95 persen.
Penurunan tersebut bukan saja disebabkan oleh pandemi covid-19, tapi banyaknya polemik yang ada di masyarakat.
Menurunnya imunisasi dasar pada anak bukan hanya pada tahun 2022 saja, tetapi minimnya capaian juga terjadi di tahun tahun sebelumnya.
Koordinator Imunisasi (Korim) Puskesmas Uleekareng, Hayaton Wardati, mengakui minim para ibu membawa anaknya ke puskesmas atau pos yandu untuk diimunisasi. “Alasannya selalu sama, takut demam dan tidak ada izin suami, selalin itu juga banyak yang masih meragukan kehalalan vaksinnya,” jelas Aton, Minggu (03/07/2022).
Kendati demikian, sebut Aton, pihaknya terus gencar melakukan sosialisasi imunisasi dasar lengkap bagi anak kepada warga. “Kini kita melakukan aksi sweeping dari rumah ke rumah, untuk memastikan setiap bayi, balita dan anak, sudah mendapatkan IDL, sehingga hak anak untuk sehat dapat terpenuhi,” ujarnya.
Minggu pagi, arena Car Free Day (CFD) juga dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi, pada pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Sambil bermain, orang tua dan anak diberi pemahaman tentang imunisasi, agar setiap tahap imunisasi tidak terlewatkan, sehingga penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi bisa diminimalisir.
“Bagi saya penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi, tapi memang disayangkan banyak juga para ibu yang enggan anaknya diimunisasi, dan tentunya ini perlu penjelasan terus menerus ya, agar para ibu paham bahwa imunisasi itu penting,” ujar Linda, warga Lambheu, Banda Aceh.
Linda sendiri mengaku dua anaknya sudah mendapat imunisasi lengkap. “Pernah anak yang kedua tertunda imunisasinya dan kebetulan sakit, cukup mencemaskan, dan sejak saat itu saya langsung melengkapi imunisasinya sesuai dengan jadwal dan tahapan, pengalaman ini cukup jadi pelajaran bagi kami,” jelas Linda.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hari Wahyudi (40). Hari mengakui bahwa peran ayah menjadi penting untuk proses iminusasi anak. “Saya tahu, biasanya ibu enggan bawa anak imunisasi pasti karena suaminya, yang melarang, dan ini memang disayangkan, saya cuma bisa bilang, sehat itu mahal, jadi harus dijaga sejak dini,” ujar Hari.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, Iman Murahman, mengatakan masyarakat tidak perlu takut dan khawatir dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap, apalagi dalam rangka Bulan Imunisasi Nasional Anak (BIAN) dan pelaksanaannya bersamaan dengan vaksin covid-19.
Disebutkan Iman, program BIAN menyasar anak untuk mendapatkan imunisasi campak-rubela, sekaligus melengkapi dosis polio dan DPT-HB-Hib, yang terlewatkan selama pandemi covid-19.
Aceh menargetkan 1,4 juta anak mendapatkan imunisasi dasar dalam program BIAN. Saat ini, seluruh kabupaten/kota sudah mulai melaksanakan program yang berlangsung selama sebulan itu. Namun capaiannya masih sedikit.
“Program BIAN sudah mulai berjalan, capaiannya baru sekitar 01,%, jadi masih sangat rendah sekali dari target sasaran,” sebut Iman.
Iman mengatakan, pihaknya melalui puskesmas terus melakukan sosialisasi dengan baik kepada masyarakat, dalam upaya memberi pemahaman bahwa imunisasi dasar sangat penting untuk mencegah anak dari penyakit.
Ia berharap program BIAN yang menyasar anak usia 9 bulan hingga15 tahun bisa berjalan dengan baik. (Yan)