Bisnis startup merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi maupun digital selama pandemi melanda global berkembang cepat. Tetapi perkembangan ini belum didukung ketersediaan data yang dapat dipergunakan untuk pembuatan kebijakan.
Menyadari hal itu, Bank Indonesia mendesak beberapa organisasi internasional untuk merumuskan Data Gaps Initiative (DGI) baru sebagai tindak lanjut dari program Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (FMCBGs).
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman, pada sesi seminar yang bertajuk Casual Talks: Exploring New Data for Better Policymaking, Selasa, 15 Februari 2022 menjelaskan, konsep DGI yang baru mencakup empat prioritas utama, yaitu perubahan iklim, informasi distribusi rumah tangga, FinTech dan data inklusi keuangan, serta akses ke sumber data pribadi dan data administratif.
Seminar tersebut merupakan bagian dari acara Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) dan 1st Finance and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) Presidensi G20 Indonesia, yang diselenggarakan 14-19 Februari 2022 di Jakarta.
Selain itu, Aida S. Budiman juga menyampaikan bahwa Bank Indonesia telah menggunakan data granular, individual dan per transaksi untuk keperluan analisis. Sejak 2015, Bank Indonesia telah menginisiasi berbagai proyek Big Data Analytics, terutama untuk menganalisis keterkaitan di sistem keuangan dan pembayaran serta di e-commerce dan FinTech.
Senior Resident Representative IMF untuk Indonesia, James P. Walsh, menegaskan Bank Indonesia memiliki akses terhadap data granular yang komprehensif. Menurut Mr Walsh, data besar dan data granular dapat memprediksi kebutuhan program publik yang dibutuhkan, dan mengukur efektivitasnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom BCA, David Samual, menyatakan data transaksional dan atribut serta data perilaku konsumen yang tersedia dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian kondisi mikro dan makro ekonomi.
Senada dengan itu, Managing Director Gopay, Budi Gandasoebrata menjelaskan bagaimana perusahaan berbasis data perlu memprioritaskan pembuatan kebijakan berdasarkan data dan analitik, menggunakan data real-time, arsitektur data yang solid, dan manajemen data yang mengutamakan privasi, keamanan, dan ketahanan siber.
Sesi ini bermaksud untuk mempromosikan perluasan data dan memanfaatkan metodologi baru untuk meningkatkan analisis ekonomi, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kegiatan ekonomi. Sebagai lembaga pembuat kebijakan, Bank Indonesia memanfaatkan data statistik secara intensif untuk mengasah pembuatan kebijakan menuju tujuan yang optimal.[acl]
Sumber: bi.go.id