IDI Aceh Siapkan Dokter untuk Percepatan Penanganan Stunting

Puluhan dokter seluruh Aceh menerima pembekalan tentang penanganan stunting di Aceh. Pembekalan dilakukan guna menyahuti program Pemerintah Aceh, Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA).

Stunting sangat berpotensi menjadi masalah jangka panjang bagi Aceh jika tidak dilakukan penanganan yang serius. Hal ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Aceh dimasa depan dan masalah kesehatan lainya.  

“Walaupun  IDI belum dilibatkan langsung dalam program GISA, namun kami berinisiatif untuk memberikan pembekalan kepada tenaga Dokter disetiap kabupaten/kota baik yang bertugas di Puskesmas, RS dan seluruh Faskes baik negeri maupun swasta. Kami melakukan Brainstroming pemahaman Stunting kepada para dokter anggota IDI”. Demikian dikatakan Ketua IDI Wilayah Aceh Safrizal Rahman pada kegiatan Webinar Brainstorming menangani stunting di Aceh.

Ketua IDI Wilayah Aceh Safrizal Rahman mengatakan kegiatan tersebut, bertujuan untuk menguatkan dokter dilayanan primer dalam penanggulangan stunting.

Sebagaimana kita ketahui Angka stunting Aceh termasuk tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Stunting Aceh berada di urutang ke-3 di Indonesia, dengan angka 33,2 persen. Angka ini bahkan diatas angka rata-rata Nasional Indonesia yaitu 24,4 persen.

Dalam webinar ini juga diungkap bahwa stunting adalah kondisi dimana anak tumbuh dengan perawakan pendek yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronik. Banyak faktor yang menjadi penyebab. Jika dilihat dari data kajian dan penelitian yang dilakukan beberapa pihak, terjadinya stunting 30% berasal dari masalah kesehatan, namun 70% diakibatkan masalah diluar kesehatan.

Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Untuk Percepatan Penurunan Stunting, Ichsan, mengatakan perlu sinergitas seluruh komponen masyarakat lintas sektor dalam penanganan stunting.

Dalam webinar  yang sama, Ketua Aceh Peduli ASI, Aslinar. juga memberikan materi bagaimana Deteksi Dini Stunting. Beliau mengajak seluruh dokter dan tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan kecukupan gizi remaja putri dan gizi Ibu hamil. 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah Golden Periode yang harus mendapat perhatian.

“Seluruh remaja putri harus diberikan tablet penambah darah, hal ini agar ketika mereka nanti menikah dan hamil, maka kesehatanya akan lebih baik. Demikian juga pada Ibu Hamil, sejak hari pertama diketahui hamil, maka asupan gizi harus tercukupi, pemberian tablet tambah darah wajib dilakukan sampai melahirkan dan menyusui anak sampai berusia 2 tahun” ujar Aslinar.

Safrizal menambahkan, dalam penanganan stunting, sebaiknya memang dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak. Masalah stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki sistem kesehatan, namun juga perbaikan secara ekonomi masyarakat.

“Kita harus mempunyai visi yang sama, menyelesaikan masalah stunting Aceh. Kami mengajak seluruh komponen masyarakat, mari kita bahu membahu saling bekerjasama kita turunkan angka stunting Aceh, kita sehatkan anak-anak dan masyarakat Aceh. Kami siap mengerahkan segala kemampuan kami, bekerjasama dengan pihak manapun agar kesehatan Aceh yang lebih baik” sebut Safrizal. (Yan)

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.