Home Berita Mengubah Limbah Pelepah Nenas Jadi Produk Bernilai Ekonomi Tinggi
BeritaNews

Mengubah Limbah Pelepah Nenas Jadi Produk Bernilai Ekonomi Tinggi

Share
Masyarakat Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Fallahatun, berhasil mengubah limbah serat pelepah nanas menjadi beberapa produk turunan seperi kain, gelang, bros, pas bunga, gantungan kunci dan lain sebagainya. / Digdata.id
Share

Selain kopi dan Alpukat, Nanas juga menjadi salah satu komoditi unggulan di Kecamatan Pegasing Aceh Tengah. Tidak hanya dagingnya saja yang bisa dijadikan kudapan, pelepahnya juga bisa di olah menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi.

Dibawah binaan Katahati Institut, dan Kedutaan Canada untuk Indonesia dan Timor Leste, Masyarakat Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Fallahatun, berhasil mengubah limbah serat pelepah nanas menjadi beberapa produk turunan seperi kain, gelang, bros, pas bunga, gantungan kunci dan lain sebagainya.

Produk kerajinan dengan branding Keriga ini nantinya akan di kelola dalam sebuah koperasi bernama Perempuan Gayoe Sejahtera.

“Koperasi ini akan menjadi wadah atau ruang untuk perempuan dan remaja puteri Tanah Gayo untuk mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu guna peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Direktur Katahati Institute, Raihal Fajri Kamis (01/02/2024) saat launching sentra produksi serat nenas di Pegasing Aceh Tengah.

Melalui optimalisasi hasil hutan non kayu dan pengolahan limbah terutama limbah dari daun nanas, inisiatif tersebut sudah dimulai dari Desa Samar Kilang, Kabupaten Bener Meriah pada tahun lalu, yang kemudian dilanjutkan di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah.

Raihal mengatakan, dua kabupaten ini, berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser sebagai penopang habitat populasi empat spesies kunci yang terancam punah, seperti orang utan, gajah, harimau dan badak Sumatra.

Dia berharap, pemanfaatan dan pengoptimalan hasil hutan bukan kayu untuk dua kabupaten ini bisa terus ditingkatkan agar kemudian dikelola untuk alternatif ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat dengan tetap berkontribusi menjaga lingkungan.

Raihal juga mengatakan, Katahati Institut, sebagai inisiator dukungan sentra usaha sosial dan pusat pengetahuan, merasa bangga dapat mendorong upaya ini bersama masyarakat dan pemerintah dua kabupaten ini untuk bersama mewujudkan pelibatan perempuan dan remaja putri, guna mengoptimalkan hasil hutan bukan kayu untuk keberlanjutan ekonomi dengan memastikan lingkungan tetap terjaga.

Perempuan Gayo Sejahtera merupakan inisiatif usaha sosial Katahati Institute yang bertujuan menyediakan ruang bagi perempuan dan remaja putri Gayo untuk mengembangkan ekonomi berkelanjutan melalui optimalisasi hasil hutan bukan kayu-HHBK dan pengelolaan limbah. Inisiatif ini dimulai di Samar Kilang (Bener Meriah) dan Pegasing (Aceh Tengah) yang berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser

“ Saya berharap, inisiatif ini akan menjangkau beberapa wilayah lain dalam Kawasan Ekosistem Leuser,” ujar Raihal.

Pemanfaatan limbah daun nanas di Pegasing untuk meningkatkan nilai tambah dari usaha perkebunan nanas yang telah dikelola selama ini oleh masyarakat Pegasing.

Dari 100 Kg limbah pelepah nanas, menghasilkan 1 Kg serat nanas dengan nilai jual Rp80.000/ Kilogramnya. Untuk proses produksi melalui beberapa tahap, mulai dari sortasi daun nanas, pemisahan serat dengan alat khusus, pencucian, hingga proses pengeringan selama kurang lebih tiga hari.

limbah serat pelepah nanas diubah menjadi beberapa produk turunan seperi kain, gelang, bros, pas bunga, gantungan kunci dan lain sebagainya. / Digdata.id

Pada kesempatan yang sama, Pj. Bupati Aceh Tengah, T. Mirzuan menyampaikan apresiasi kepada Katahati Institute atas upaya pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan limbah daun nanas menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan pengolahan limbah daun nanas. Selain menjadi bahan kain tenun, daun nanas juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk, seperti kerajinan tangan, pakan ternak, pupuk, dan kertas.

“Melihat nilai ekonominya yang cukup tinggi, pemerintah berkomitmen penuh mendukung pengembangan pengolahan limbah daun nanas karena memberikan manfaat lebih besar. Selain menjadi kain Tenun, daun nanas juga mampu dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, pakan ternak, pupuk dan kertas,” ujar T. Mirzuan.

Kegiatan itu juga dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Canada untuk Indonesia dan Timor Leste, Wali Nanggroe Aceh, Pj Bupati Aceh Tengah, Pj Bupati Bener Meriah, dan Direktur PT PEMA. (Yan)

Share
Related Articles
Sejumlah warga Kemukiman Pameu, Kecamatan Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah menolak Warga penolakan perusahaan tambang PT PNM Senin 22 Oktober 2024 ( Foto; Ist.)
BeritaHeadline

Warga Pameu Tidak Anti Investasi, Tapi Anti Tambang

Hingga saat ini masyarakat Mukim Pameu, Kecamatan Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah...

BeritaHeadline

Upaya Lindungi Hutan Adat di Bireuen Diadang, WALHI: Premanisme Terstruktur!

Upaya patroli gabungan untuk menertibkan aktivitas ilegal di kawasan hutan adat Kabupaten...

BeritaFotoHeadlineNews

Hari Bhayangkara Polri di Aceh

Personil kepolisian Polda Aceh sedang mengikuti upacara Bhayakara Polisi Indonesia yang ke-79...

BeritaNews

Seorang Pilot F-16 yang Latihan di Aceh adalah Putra Kelahiran Blang Bintang

Di balik gemuruh latihan udara Cakra C Kosek I Medan, terselip sosok...