PDAM Tirta Meulaboh, Antara Macetnya Air Bersih dan Gaji Karyawan

0
99

Oleh: Muhammad Rio Fariza

(Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta)

Beberapa waktu terakhir, masif terdengar kabar mengenai permasalahan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Meulaboh Aceh Barat yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. Tentunya berbagai permasalahan yang terjadi terkait pendistribusian air bersih.

Berita ini tidak hanya tersebar dari mulut ke mulut atau hanya kabar burung saja, melainkan dari berbagai sumber terpercaya, yang pastinya meresahkan masyarakat khususnya masyarakat Kota Meulaboh dan sekitarnya yang menggunakan pelayanan PDAM Tirta Meulaboh.

Permasalahan terkait pendistribusian air bersih yang sejatinya harus selalu lancar mengingat air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari yang digunakan untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan berbagai kebutuhan lainnya. Apalagi PDAM Tirta Meulaboh beroperasi di daerah kota serta memiliki pelanggan dengan berbagai kesibukan setiap hari, sudah seharusnya permasalahan seperti tidak mendapatkan air bersih harusnya tidak terjadi.

Namun kebalikannya, menjelang akhir tahun ini, banyak warga yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih yang disebabkan terhentinya suplai air bersih dari PDAM Titra Meulaboh.

Macetnya penyaluran air bersih oleh PDAM Titra Meulaboh karena rusaknya enam unit mesin pompa. Bagaimana bisa PDAM yang tugas utamanya menyediakan suplai air bersih kepada masyarakat atau pelanggan nya, justru alat utama yang digunakan untuk mendistribusikan air bersih dibiarkan rusak dalam waktu lama dan menyebabkan terhentinya pendistribusian air bersih kepada pelanggan yang membutuhkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

Pelanggan PDAM tidak mendapatkan pelayanan air bersih secara gratis, setiap pelanggan pastinya mengeluarkan uang setiap bulannya untuk membayar tagihan, namun uang yang mereka keluarkan tidak sepadan dengan apa yang mereka dapatkan. Dengan berhentinya suplai air kepada pelanggan tentu menghambat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga banyak dari mereka yang harus mencari air bersih  dari tempat alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.

Entah apa yang membuat PDAM Tirta Meulaboh tidak segera memperbaiki pompa air yang mereka punya, apakah terkendala akan biaya atau mungkin Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai, dan ini masih jadi pertanyaan besar. Pelayanan PDAM termasuk ke dalam jenis pelayanan publik dikarenakan adanya kepentingan umum, kepentingan umum masyarakat ini merupakan sasaran utama dalam penyelengaraan pelayanan publik.

Sebagai perusahaan pelayan publik di bidang pendistribusian air bersih seharusnya PDAM Tirta Meulaboh memliliki SDM yang baik dan bisa bekerja dengan fungsinya masing-masing. Dengan SDM yang memadai harusnya PDAM Tirta Meulaboh mampu menjawab persoalan yang sedang dialami saat ini apalagi menyangkut kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara luas. SDM yang sudah direkrut dengan prosedur sedemikian rupa tentunya harus mampu menunjang kualitas pelayanan yang memadai dan prima kepada masyarakat.

Usut punya usut, ternyata gaji karyawan PDAM Tirta meulaboh belum dibayar hingga akhir tahun 2022 ini. Tenaga kerja di PDAM Tirta Meulaboh yang berlokasi di Kabupaten Aceh Barat ini belum mendapatkan gaji selama 18 bulan. Dengan alasan pemasukan yang tidak sesuai dengan beban operasional. Entah mengapa hal seperti ini bisa terjadi. Sebagai Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) seharusnya PDAM Tirta Meulaboh mampu mengelola manajemen keuangan dengan baik sehingga masalah besar seperti ini tidak terjadi.

Bagaimana karyawan mampu melaksanakan tugas dengan baik dalam melayani pelanggan sesuai dengan tugas mereka, jika gaji mereka saja tidak terbayarkan dalam waktu yang cukup lama. Siapa yang harus disalahkan dalam permasalahan ini, bukankah PDAM juga mendapatkan anggaran dari pemerintah ditambah iuran yang dikumpulkan dari pelanggan setiap bulan sudah seharusnya dimanfaatkan dengan baik dalam membangun infrastruktur dan membayar gaji tenaga kerja, sehingga nantinya bisa menghasilkan output yang baik pula dalam mewujudkan tugas utama PDAM yaitu menyediakan suplai air bersih, sehingga berbagai permasalahan seperti terhentinya pendistribusian air bersih ke masyarakat akibat alat pompa yang rusak bisa diminimalisir bahkan tidak terjadi lagi dimasa akan datang.

Permasalahan tidak membayar gaji karyawan ini tentunya menimbulkan emosional pada lingkungan pekerjaan atau sebuah organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan Kathrine Miller (2015) dalam buku Organizational Communication: Approaches And Processes chapter 11 mengenai Process Emotion In The Workplace.  

Sebagian besar model kehidupan pada sebuah organisasi atau perusahaan meninjau tempat kerja sebagai pengaturan yang diatur oleh logika dan rasionalitas, pekerjaan terdiri dari tugas dan fungsi kognitif yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut. Pekerjaan yang dikerjakan tentu bergantung pada logika, bayangkan gaji yang tidak dibayarkan kepada karyawan dengan waktu yang cukup lama, apakah karyawan akan mampu melakukan pekerjaan dengan tuntutan tugasnya secara baik dan benar.

Berbicara mengenai rasionalitas, siapa yang mau melakukan kerja tanpa gaji yang sudah semestinya menjadi hak dari karyawan, bagaimana nantinya orang bisa bekerja namun tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Hal seperti ini tentu bisa menimbulkan berbagai emosional di lingkungan kerja PDAM Tirta Meulaboh, apalagi PDAM Tirta Meulaboh sebagai organisasi

pelayanan publik memiliki banyak pelanggan bersifat heterogen, harus mampu melayani publik sesuai dengan tugas utama mereka yaitu menyediakan air bersih.

Sebagai salah satu perusahaan pelayan publik tentunya karyawan PDAM Tirta Meulaboh harus bisa melayani pelanggannya dengan maksimal, namun bagaimana hal itu bisa terjadi jika hak mereka sebagai karyawan untuk mendapatkan gaji malah tersendat. Hal seperti ini tentu menimbulkan berbagai emosional dan polemik di lingkungan kerja. Tenaga kerja dengan emosional bisa membawa potensi hasil kerja yang negatif pula.

Tekanan yang datang seperti keluhan maupun perbaikan manajemen dari berbagai pihak datang menghampiri PDAM Tirta Meulaboh dengan harapan mampu memperbaiki kualitas manajemen dan pelayanan dari kinerja PDAM Tirta Meulaboh, dengan berbagai tekanan seperti ini dan gaji yang belum dibayarkan juga menyebabkan emosional lain ditempat kerja seperti stress dan burnout (kelelahan).

PDAM Tirta Meulaboh harus mencari cara untuk menghadapi permasalahan ini untuk menghasilkan kinerja yang baik dari individu tenaga kerja sehingga menghasilkan pelayanan yang baik dari organisasi. PDAM Tirta Meulaboh harus mampu mengubah keadaan sehingga di masa yang akan datang menjadi lebih baik dalam melakukan tugas utamanya yaitu menyediakan air bersih bagi pelanggannya.

Dalam mengatasi hal ini komunikasi internal sangat perlu dilakukan, dengan adanya kekompakan dalam lingkungan kerja dan komunikasi yang baik antara anggota organisasi akan mampu menghasilkan keputusan yang baik pula.

Strategi komunikasi pertama untuk mengatasi kejenuhan di tempat kerja adalah pengambilan keputusan partisipatif (PDM). PDAM dapat meningkatkan kepuasan dan produktivitas karyawan melalui peningkatan aliran informasi (model kognitif) dan kepuasan kebutuhan pekerja tingkat tinggi (model sikap).

Mengatasi burnout secara komunikatif kedua adalah dukungan sosial. Ada banyak penelitian tentang dukungan sosial sebagai sarana untuk melindungi individu dari tekanan besar dan kecil dalam hidup.

Fokus pada peran dukungan sosial sebagai sarana untuk mengelola stress dan burnout terkait pekerjaan dengan mempertimbangkan fungsi yang dapat dimainkan oleh dukungan sosial, sumber dukungan sosial untuk mengurangi stres di tempat kerja, dan mekanisme yang digunakan oleh dukungan sosial untuk mengurangi kelelahan.

Jika tenaga kerja memiliki kinerja yang baik dengan mampu melakukan pekerjaan dengan senang hati tentunya menghasilkan hasil yang baik pula secara keseluruhan.

PDAM Tirta Meulaboh harus mampu mengontrol setiap SDM yang mereka punya dalam pemanfaatan fungsi dari setiap tenaga kerjanya. Mempunyai tenaga kerja yang handal dan mampu mengambil keputusan dengan baik, organisasi akan mampu menghadapi berbagai permasalahan baik secara internal maupun eksternal.  

Dengan mampu menghadapi permasalahan yang dialami diharapkan nantinya PDAM Tirta Meulaboh mampu menjalani tugas dan fungsi utamanya dalam pendistribusian air bersih sehingga tidak lagi terdengar kabar keluhan dari pelanggannya. []