Peneliti Komunikasi Politik, Azwir Nazar menilai secara umum debat perdana Calon Gubernur Aceh 2024-2029 berlangsung menarik. Walau diawal sangat normatif, tapi sesi demi sesi debat berjalan hangat dan bagus. Sayangnya penonton debat seperti suporter bola, sangat ribut.
“ Apa yang di sampaikan Muallem sangat subtantif. Walaupun tidak panjang panjang. Begitupun Syeh Fadhil mampu tampil sebagai orator yang luar biasa.
Sementara Om Bus terkesan santai dan seperti pejabat yang memberi sambutan. Beberapa kali sering habis waktu. Begitupun DekFadh terkesan ingin mendominasi dan banyak berbicara dan berulang ulang. Sehingga Om Bus dan Dek Fadh lee Meucawoe,” ujar Azwir, Sabtu (26/10/2024)
Azwir menyebutkan, secara materi debat sangat bagus, pertanyaan nya juga menarik dan menampilkan narasi persoalan Aceh secara kompleks.
Namun, menurut alumni Master Komunikasi Politik Universitas Indonesia ini, debat ini tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam preferensi masyarakat Aceh dalam memilih Calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Karena pemilih Aceh ini bukan pemilih rasional. Aceh cenderung memilih berdasarkan Psikologis dan Sosiologis.
“ Jadi orang yang memilih berdasarkan rasionalitas sangat minim,” katanya.
Di lapangan, tambah Azwir, masih terjadi defektif demokrasi yaitu demokrasi yang sakit dimana money politik dan politik transaksional terjadi sangat masif di lapangan. Tak hanya di level Provinsi, tapi juga di Kabupaten/Kota.
“Tapi paling tidak debat menjadi media masyarakat mengenal kualitas calon pemimpinnya dan juga menjadi hiburan, tutupnya. (Yan)