Prolog :
Perjalanan dimulai dari Desa Teluk Rumbia, naik robin, alias perahu kecil bermesin dan menyusuri aliran sungai yang lebarnya kurang dari 10 meter. Disisi kiri dan kanan tumbuhan rawa menyemak, dan melebar terus kesisi bagian dalam, ada hutan lebat dengan aneka tumbuhan dan hewan. Sebagian besar lahannya adalah lahan gambut, yang bisa membantu kehidupan manusia untuk menyerap karbondioksida. Kawasan ini dikenal dengan nama Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil
Kenalkah anda dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil?
*****
Suaka Margasatwa Rawa Singkil merupakan salah satu Kawasan konservasi berupa kawasan suaka alam (KSA) yang mempunyai kekhasan/keunikan jenis satwa liar dan/atau keanekaragaman satwa liar yang untuk kelangsungan hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi dan habitatnya, yang pengelolaanya dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh.
Sesuai dengan mandat penunjukannya melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No. 166 Tahun 1998. Suaka Margasatwa seluas ± 102.500 hektar ini adalah ekosistem lahan basah hutan hujan tropis dataran rendah yang merupakan bagian dari Ekosistem Leuser dan menjadi habitat utama Orangutan Sumatera, Badak Sumatera, Gajah Sumatera, Beruang Madu, dan satwa lainnya yang perlu dilindungi.
Seiring dengan perubahan luas Kawasan konservasi di Provinsi Aceh, maka berdasarkan SK terakhir yaitu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK. 6616/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Aceh sampai dengan Tahun 2020 luas Suaka Margasatwa Rawa Singkil menjadi 82.188 hektar.
Suaka Margasatwa Rawa Singkil merupakan satu-satunya suaka margasatwa yang terdapat di Provinsi Aceh. Terletak di bagian wilayah Kabupaten Aceh Selatan, Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil, dan berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Gunawan Alza, mengatakan, cagar alam Rawa Singkil penting untuk konservasi hutan rawa gambut, yang sangat penting untuk penyimpanan karbon dan pengaturan iklim. Hutan ini juga menyediakan habitat bagi banyak spesies dan mendukung mata pencaharian masyarakat lokal yang bergantung padanya untuk memancing, berburu, dan sumber daya lainnya.
Suaka Margasatwa Rawa Singkil memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk beberapa spesies yang khas dan terancam punah. Beberapa hewan yang khas di suaka margasatwa ini dan merupakan satwa kunci, adalah, Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), yang merupakan penghuni asli suaka margasatwa ini.
Suaka Margasatwa Rawa Singkil juga memiliki keanekaragaman burung yang tinggi. Beberapa jenis burung yang khas di suaka margasatwa ini diantaranya, Elang Bondol (Haliastur indus, Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Burung Cenderawasih Kuning (Cenderawasih gading, Casuarius casuarius), Kutilang Emas (Pycnonotus zeylanicus), Rangkong Gading (Rhinoplax vigil), Merbah Kecil (Pachycephala modesta) dan Burung Cikrak Daun (Orthotomus sutorius).
Adanya Suaka Margasatwa Rawa Singkil memiliki manfaat yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan keanekaragaman hayati di sekitar area tersebut, seperti Mengatur aliran air. Rawa gambut di suaka margasatwa ini berperan penting dalam mengatur aliran air dan menyimpan air di musim hujan. Hal ini dapat membantu mencegah banjir dan kekeringan di daerah sekitar.
Tapi sayang, berdasarkan data yang dihimpun oleh Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), kini, tutupan hutan di wilayah Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil jauh berkurang, yang diduga akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan kebun sawit..
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Nomor SK. 6616/MENLHK-PTKL/KUH/PLA.2/10/2021 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Aceh, wilayah SM Rawa Singkil memiliki luas 82.188,57 Ha. Dari pemantauan rutin yang dilakukan oleh Yayasan HAkA dari Januari – Juli 2022, ditemukan bahwa dugaan berkurangnya tutupan hutan pada periode tersebut sejumlah 338 hektar. Angka tersebut meningkat drastis dibandingkan akumulasi dugaan kekurangan tutupan hutan 3 tahun sebelumnya (Januari 2019 – Desember 2021), yaitu 236 hektar.
“Pada periode 7 bulan terakhir, dugaan kekurangan tutupan hutan di wilayah Rawa Singkil ini sangat tidak biasa. Kekurangan tutupan hutan di lanskap krusial ini akan berdampak negatif terhadap populasi satwa-satwa kunci seperti orangutan, dimana ruang hidup dan populasinya saat ini terancam. Di saat bersamaan, jasa-jasa ekosistem di SM Rawa Singkil ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya,” sebut Badrul Irfan, Sekretaris Yayasan HAkA.
Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil, yang berada di 3 kabupaten kota, yaitu Aceh Selatan, Subulussalam, dan Aceh Singkil, adalah lanskap rawa gambut yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa yang tinggi dan berperan besar untuk mitigasi perubahan iklim. SM Rawa Singkil adala satu-satunya Suaka Margasatwa yang ada di Provinsi Aceh dan juga berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Provinsi Aceh, yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) karena fungsi lingkungan yang penting untuk dilindungi demi keberlangsungan masyarakat Aceh.
Poto : Yayasan HAKA Aceh
BKSDA Aceh sendiri, sebut Gunawan Alza, terus berupaya menjaga kawasan ini dengan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota serta para pihak terkait dalam rangka optimalisasi perlindungan Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
“Kita juga mengoptimalkan kerja sama dengan mitra lingkungan dalam perlindungan Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan berupaya meningkatan perekonomian masyarakat sekitar Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil melalui pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.
Gunawan Alza mengatakan, BKSDA Aceh juga melakukan sosialisasi atau pendekatan dengan memberikan pemahaman akan arti penting Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil bagi kehidupan masyarakat saat ini dan yang akan datang.
“ Disampaikan pula arti penting dan manfaat keberadaan SM Rawa Singkil tidak hanya kayu atau alih fungsi lahan menjadi perkebunan namun manfaat jangka Panjang seperti penyerap karbon, jasa lingkungan, wisata yang mana dapat dimanfaatkan masyarakat tanpa merusak Kawasan sehingga keberlangsungan Kawasan SM Rawa Singkil dapat terus ada dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar,” jelas Gunawan Alza.
*****
Epilog :
Robin pun mulai menjauh dari Rawa Singkil, sambil membawa segudang kisah, serta ramalan masa yang akan datang, seberapa lama lagi rawa ini akan bertahan, dan bagaimana nasib manusia, jika rawa ini menghilang. Degub jantung pun semakin kencang, sekencang mesin robin yang melintas di aliran sungai di Rawa Singkil. (Tim Redaksi Digdata.id)