‘Kami atas nama pemuda,tokoh adat dan seluruh masyarakat kampung Linge menyatakan berkomitmen menjaga dan menyelamatkan situs sejarah kerajaan Linge. Dengan melestarikan cagar budaya, tradisi dan kearifan lokal serta merekomendasikan kepada pihak terkait untuk turut mendukung kampung Linge menjadi wisata budaya, wisata religi. Juga berkomitmen menjaga kelestarian alam dan lingkungan kampung Linge dari segala bentuk pengrusakan yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat serta berkomitmen mengelola hutan desa secara adil dan berkelanjutan yang berada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)’
itulah butir-butir pernyataan sikap yang dibacakan masyarakat Linge di hadapan PJ Bupati Aceh dan perkopimda Aceh Tengah saat pembukaan Festival Linge beberapa waktu lalu.
Selain itu masyarakat Linge juga meminta dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan kelestarian alam agar dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Pembacaan petisi yang dilakukan para pemuda dan masyarakat Linge tersebut sebagai salah satu bentuk dan upaya masyarakat dalam menolak kehadiran tambang daerah mereka.
Hal itu dituangkan dalam pernyataan sikap yang dibaca oleh sejumlah pemuda dan pemudi warga Desa Linge dalam acara Festival Linge, turut disaksikan oleh Pj Bupati Aceh Tengah beserta Forkopimda Aceh Tengah yang berhadir.
Ada 6 butir pernyataan yang dituangkan dalam surat yang ditandatangani oleh Perwakilan masyarakat Kampung Linge, Reje Kampung Linge, Ketua LPHK Negeri Linge, dan RGM Kampung Linge yang menolak kehadiran perusahaan tambang di desa mereka.
Kehadiran PT Linge Mineral Resource (LMR) sebagai pelaku usaha tambang emas di Linge mendapatkan penolakan dari berbagai pihak. Terutama masyarakat yang bermukim di Kecamatan Linge.
PT LMR mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi pada 28 Desember 2009 dengan luas area 98.143 hektar melalui Keputusan Bupati Aceh Tengah Nomor 530/2296/IUP-EKSPLORASI/2009 tentang peningkatan Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang berlokasikan di Kecamatan Linge dan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah.
Penolakan secara tegas yang dilakukan masyarakat Linge semata-mata untuk melindungi tanah leluhur mereka dari kerusakan ulah perusahaan tambang. Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat Linge, mulai dari demonstrasi hingga mengadakan kegiatan budaya Festival Linge.
“Kegiatan festival Linge ini merupakan bagian dari ketegasan kita dalam menjaga lingkungan dengan melestarikan adat budaya,” kata Reje (Kepala Desa) Linge, Zainuddin.
Lanjutnya, masyarakat Linge menolak keras kehadiran perusahaan tambang dan berbagai macam jenis perusahaan yang bisa merusak lingkungan mereka.
PJ Bupati Aceh Tengah, T Mirzuan, mengatakan, pernyataan sikap masyarakat Linge merupakan bentuk kepedulian mereka dalam mejaga warisan budaya leluhurnya juga lingkungan yang menjadi sumber penghiidupan.
Namun menurut Mirzuan, kehadiran perusahaan tambang di Kecamatan Linge, sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan dalam memberdayakan dan memanfaatkan hasil sumberdaya yang ada, namun lingkungan tetap terjaga.
“ Semua itu punya tahapan, dan kajiannya, semua sesuai prosedur dan hal tersebut juga sudah dikomunikasikan juga dengan masyarakat pastinya” ucap T Mirzuan.
Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) turut memberikan dukungan penuhnya atas upaya-upaya yang dilakukan masyarakat Linge dalam menjaga dan mempertahankan ekosistem lingkungan.
“Dengan hak kelola hutan seluas 450 hektare ini, mari kita jaga amanat besar ini, dapat mengelola hutan desa berkelanjutan dan kesejahteraan warganya,” kata Sekretaris HAkA, Badrul Irfan.
Festifal Negeri Linge tidak hanya menjadi momen pelestarian budaya saaja tetapi juga menjadi peluang ekonomi bagi masyaraakat setempat. Festival ini diharapkan dapat menarik wisatawan lokal dan manca negara untuk berkunjung ke Linge menikmati alamnya yang indah dan masih asri serta menikmati budaya Linge.
Ada ragam kegiatan yang dikemas dalam Festival perdana Negeri Linge tersebut, diantaranya Lomba Didong Safari bertemakan Lingkungan, Lomba permainan tradisional Dediangku Linge (Tour de Linge), Talkshow, Linge peluang wisata religi, hari pekan Linge, suara dari Linge seerta performance Art.