Belasan personel TNI melakukan penataan dan penyusunan kembali batu nisan di komplek kerajaan Aceh Gampong Pande Kota Banda Aceh.
Puluhan batu nisan tersebut telah rusak dan tenggelam serta tertanam lumpur, sehingga letaknya tidak beraturan. Kerusakan tersebut terjadi akibat tsunami melanda Aceh 2004 silam, dan meratakan pemukiman warga gampong pande.
Akibatnya, semua cagar budaya yang ada di desa bekas kerajaan Aceh Darussalam tersebut hilang dan hanya ditemukan dibeberapa lokasi saja yang mulai dipetakan kembali .
Kegitan meuseraya alias bergotong royong ini bertujuan merawat dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat, tentang situs-situs cagar budaya yang saat ini mulai punah dan rusak, karena faktor alam dan juga hilang karena ketidaktahuan masyarakat soal benda-benda situs sejarah tersebut.
Kegiatan dilakukan oleh personel satuan Hubdam Kodam Iskandar Muda bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh, Mapesa, anggota kepolisian polsek kutaraja, Babinsa dan Perangkat desa Gampong Pande. Meusuraya dilakukan di komplek pemakaman tokoh kerajaan Aceh Darussalam, Sundusu Balad yang berarti pakaian indah untuk negeri, dan kemudian dilanjutkan di komplek makam Faqih Muhannad bin Mahmud bin Syuhbah al-Farn yang merupakan pengasuh dari Sultan Alaudin Righayatsyah yang taklain adalah cucu sultan Ali Mugayatsyah.
Kahubdam Kodam Iskandar Muda (IM) Kolonel Chb Jun Hisatur Mastra mengatakan, saat ini pihaknya hanya bisa menegakkan kembali nisan-nisan yang telah jatuh dan menopangnya agar tidak rubuh, karena kondisi air sedang pasang tinggi.
Upaya ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pihaknya terhadap situs sejarah aceh yang saat ini banyak orang tidak tahu, sehingga perlu dirawat dan dijaga kembali, karena itu adalah aset bangsa yang harus dilestarikan untuk anak cucu kedepannya.
” kita ingin menunjukan kepada masyarakat bentuk kepedulian kita dan untuk sama-sama merawat peninggalan sejarah ini, jangan dibiarkan rusak begitu saja atau berpindah tangan ke para kolektor-kolektor benda bersejarah” Tegas Kolonel Chb Jun Hisatur Mastra.
Hal yang sama juga di katakan Ambo Asse Ajis dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh. Ambo mengatakan masih banyak situs peninggalan kerajaan Aceh Darussalam di Gampong Pande Banda Aceh yang harus di lestarikan. Pemetaan dan penataan batu-batu nisan ini sudah beberapa kali dilakukan sejak 2017 lalu, namun rubuh lagi karena terbawa arus air yang deras di lokasi tersebut.
” Kita berharap gampong pande ini bisa menjadi cagar budaya sehingga banyak peninggalan-peninggalan kerajaan Aceh yang ada disini bisa terjaga” Harap Ambo. (Yan)