Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar workshop untuk membekali pengetahuan tentang anak kepada kalangan ulama, penceramah agama, dan jurnalis di Aceh. Berbagai materi diberikan, terutama tentang imunisasi dan penyakit yang timbul pada anak akibat tidak lengkapnya imunisasi.
Penyampaian materi-materi tersebut sebagai bentuk edukasi bagi peserta untuk bisa menyampaikan kepada masyarakat Aceh yang hingga saat ini capaian imunisasinya masih sangat rendah.
Ketua IDAI Aceh, Dr Syafruddin Haris mengakui, hingga saat ini cakupan imunisasi di Aceh masih sangat rendah, karena banyak masyarakat di aceh yang tidak melakukan imunisasi pada anaknya.
Salah satu akibatnya adalah temuan kasus polio di Pidie pada November 2022 lalu, dan ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) polio. Selain itu juga tingginya kasus campak pada anak tahun 2022 yang mencapai 2000 lebih kasus.
“Saat ini hanya vaksin imunisasi yang paling efektif dan efisien untuk mencegah berbagai penyakit yang untuk melindungi anak-anak kita,” katanya.
Prof. Hartono Gunardi, Ketua Satgas Imunisasi dari IDAI saat membuka acara yang berlangsung di Kryad Muraya Banda Aceh, mengatakan, Aceh menjadi salah satu provinsi di Indonesia dengan cakupan imunisasi rendah.
Masalahnya kompleks, hingga perlu ditangani berbagai pihak secara bersama-sama untuk meningkatkan cakupan imunisasi secara menyeluruh, tidak hanya bagi anak tetapi juga untuk remaja putri dan calon pengantin.
“ imunisasi menjadi salah satu solusi untuk pencegahan penyakit infeksi pada anak dan capaian imunisasi di aceh masih sangat rendah dengan masalah yang komplek. Kegiatan hari ini adalah upaya untuk mengetahui secara detail dan meningkatkan komunikasi bagi ulama dan media untuk menyampaikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya imunisasi anak,” kata Hartono Gunardi.
Ketua Satgas Imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini, juga meminta para orang tua untuk memeriksa kelengkapan imunisasi pada anak. Karena menurutnya imunisasi penting untuk melindungi anak-anak dari penyakit infeksi yang berbahaya.
Ia mencontohkan, penyakit campak yang bisa sebabkan radang otak dan radang paru-paru. Kemudian Difteri dapat akibatkan sumbatan napas, sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak.
“Jika tidak imunisasi, bisa terserang tetanus yang dapat menyebabkan kejang-kejang. Lalu polio yang menyebabkan kelumpuhan, serta bisa terjangkit berbagai penyakit lain,” kata Hartono di Banda Aceh.
Dia berharap dukungan ulama, penceramah agama dan jurnalis untuk aktif melakukan berbagai sosialisasi imunisasi kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi, seperti ceramah, media massa dan media sosial. (Yan)