Kehilangan habitat migrasi bagi burung air, kini semakin mengancam kehidupan burung air didunia.
Hal ini ditegaskan oleh Fion Cheung Ka Wing dari WWF Hongkong, saat memberi kuliah umum internasional tentang keanekaragaman hayati dan perlindungan satwa liar untuk populasi berkelanjutan diadakan di auditorium gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Fion Cheung Ka Wing membahas pentingnya burung air migran dan habitatnya, berbagai jalur terbang burung migrasi burung air dan perlunya upaya konservasi untuk memastikan kelangsungan hidup populasi ini.
Selain itu, Fion juga berbagi informasi tentang sistem pengelolaan tinggi muka air yang dilakukan di Hong Kong untuk memastikan burung air migran memiliki akses ke pasokan makanan yang cukup di habitat rawa lumpur dan area pasang surut.
Dalam presentasinya, Fion Cheung Ka Wing menekankan pentingnya melindungi habitat burung air migrasi, karena banyak dari mereka menghadapi ancaman seperti hilangnya habitat, polusi, dan eksploitasi berlebihan.
Dia juga menjelaskan bagaimana WWF Hong Kong menerapkan sistem pengelolaan muka air di daerah lumpur pantainya untuk memastikan burung-burung itu dapat mengakses pasokan makanan yang cukup selama migrasi mereka. Burung air umumnya mencari makan di daerah rawa lumpur. Dengan menurunkan ketinggian air di daerah rawa lumpur, burung-burung migrasi tersebut dapat dengan mudah mengambil makanan, yang sangat penting untuk perjalanan jarak jauh mereka.
“Praktik pengelolaan ini dapat menjadi contoh baik bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk memastikan keberlanjutan ekologi dan kelangsungan hidup burung air migrasi,” sebut Fion.
poto : HO/Humas USK
Burung air migran melakukan migrasi massal dari satu wilayah ke wilayah lain di seluruh dunia. Burung-burung ini melakukan perjalanan jauh setiap tahun mencari sumber makanan yang lebih baik, iklim yang lebih hangat, atau tempat berkembang biak yang lebih aman.
Setiap tahun, jutaan burung air bermigrasi dari tempat asal mereka di benua Amerika, Asia, Eropa, dan Afrika ke daerah lain yang lebih hangat atau produktif dari segi sumber makanan. Beberapa burung air melakukan perjalanan ribuan kilometer, bahkan menyeberangi samudra dan benua untuk mencapai tujuan mereka.
Migrasi internasional burung air sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Burung-burung ini membantu dalam penyerbukan tanaman dan mengendalikan populasi serangga dan hama yang merusak pertanian. Mereka juga memainkan peran penting dalam rantai makanan, menjadi mangsa bagi predator lain.
Namun, migrasi internasional burung air juga menghadapi ancaman serius seperti perubahan iklim, penghancuran habitat, perburuan dan perdagangan ilegal, dan polusi. Beberapa spesies burung air bahkan terancam punah karena ancaman tersebut.
Selain itu, satwa liar di area hutan juga sedang menghadapi tekanan ekologis akibat peningkatan perburuan dan kehilangan habitat, yang telah mengakibatkan penurunan drastis populasi mereka. Sangat penting untuk mengambil langkah antisipatif untuk mengurangi ancaman terhadap keberlanjutan populasi satwa liar di area hutan.
Selain upaya konservasi, para pembicara menekankan pentingnya pendidikan dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga keanekaragaman hayati.
Pembicara lain, Daphne Ong Hui Wen dari Singapore Wildcat Action Group (SWAG), menyoroti pekerjaan SWAG dalam melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi melalui inisiatif seperti mural interaktif, proyek restorasi, dan upaya pemantauan menggunakan jebakan kamera. Kolaborasi SWAG dengan masyarakat lokal telah menjadi cerita sukses secara global. Dengan melibatkan masyarakat dalam konservasi, cinta dan apresiasi mereka terhadap alam dapat ditingkatkan, yang memimpin pada upaya yang lebih besar terhadap konservasi keanekaragaman hayati, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan dan keterlibatan masyarakat adalah komponen penting dalam mendukung kesuksesan upaya konservasi.
Pertemuan ini berlangsung di auditorium gedung FKIP dan dihadiri oleh mahasiswa, fakultas, dan masyarakat yang peduli terhadap pelestarian lingkungan.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari kepala LPPM USK, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin, S.Si., M.Tech. Acara ini diselenggarakan dalam kemitraan antara Pusat Riset Konservasi Gajah dan Biodiversitas (PKGB) Universitas Syiah Kuala, Program Studi Biologi FKIP USK, Jurusan Kehutanan USK, dan WWF Hongkong Asian Waterbirds Program. (Yan)