Data sistem pemantauan hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir Aceh terdapat 24 titik panas, Kabupaten Aceh Tenggara daerah paling banyak terdeteksi titik panas yaitu sebanyak 6 kejadian.
Kecamatan Leuser merupakan wilayah yang paling banyak terdapat titik panas, yaitu mencapai 5 kejadian, satu titik lagi berada antara Kecamatan Lawe Alas dan Bambel. Padahal 80 persen lebih hutan di Aceh Tenggara berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), tentu ini cukup rentan terjadi Kabakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) merambah hingga dalam ekosistem penting itu.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (7/2/2024) pukul 10.23 WIB. Dari 24 titik panas terdeteksi di Aceh dan Aceh Tenggara, kategori titik panas berdasarkan hasil pencitraan satelit milik KLHK seluruhnya medium, artinya tingkat kepercayaan sedang dan rentan terjadi kebakaran. Tentunya patut diwaspadai – mengingat kondisi cuaca saat ini sedang dalam kondisi panas.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 – 29, skala sedang 30 – 79, dan skala tinggi 80 – 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan. Akan tetapi keberadaan titik panas tersebut sangat berpotensi terjadinya Kebakaran Hutan Lahan (Karhutla) di suatu daerah, terutama bagi provinsi yang paling banyak terdeteksi titik panasnya.
Kendati demikian semakin banyak terdapat titik panas di suatu wilayah mengindikasikan adanya Karhutla, meskipun masih dalam skala masih kecil. Jadi, pemantauan titik panas dapat mencegah terjadinya Karhutla di suatu wilayah, terutama daerah yang terdapat titik panas terbanyak seperti Provinsi Aceh.[acl]