Lemang adalah salah satu penganan favorit masyarakat Aceh dikala Ramadan. Lemang dimasak di dalam ruas bambu yang bagian dalamnya sudah dilapisi denga selembar daun pisang.
Sejak pagi, Nek Hafsah beserta anggota keluarga lainnya sudah berjibaku mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat lemang. Kaum wanita mempersiapkan bahan utama, mulai dari beras ketan, air kelapa, gula, sebelum dicampur menjadi bahan utama pembuat lemang.
Sementara kaum pria mempersiapkan bambu sebagai wadah dan bahan bakar kayu untuk membakar lemang tersebut. Mereka secara bergotong royong menangani setiap bagian pekerjaan secara bersama sama, seolah-olah sudah sangat mengenal tugas masing-masing.
Bahan inti seperti ketan, gula, mentega dan air kelapa dimasukkan ke dalam batang bambu yang sudah terlebih dahulu dilapisi daun pisang muda. Batang bambu yang sudah terisi kemudian dijajarkan ke dekat perapian yang sudah disediakan.
Nek Afsah dibantu oleh semua anggota keluarganya yang berjumlah 10 orang. Mereka memang dikerahkan untuk bisa memenuhi permitaan peminat lemang yang meningkat drastis pada saat bulan Ramadan.
“Semenjak Ramadan permintaan cukup tinggi. Tidak seperti hari biasanya. Itulah sebabnya kita sudah mulai sejak pagi-pagi” kata Nek Afsah sambil memasukkan daun pisang mudah ke dalam batang bambu.
Nek Afsah sudah memulai usaha menjual lemang sejak tahun 2003 silam di atas sebidang tanah di pinggir jalan Gampong Lamdingin, Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Hingga saat ini, usahanya masih tetap bertahan karena memiliki pelanggan tetap semenjak dahulu.
Pengakuan Nek Afsah, saat Ramadan seperti ini, dibutuhkan hampir 60 kg beras ketan untuk memenuhi permitaan pelanggan yang tinggi. Sementara pada hari-hari biasa, dia hanya menghabiskan antara 5-7 bambu beras ketan setiap harinya. Pekerjanya pun tidak sebanyak saat Ramadan.
“Saya kerjakan sendiri saja. Tapi kalau sekarang, saya harus menambah tenaga kerja. Dan semuanya adalah keluarga saya”. kata Nek Hafsah.
Dari 60 kg ketan, biasanya Nek Hafsah dapat menghasilkan 150 batang buluh bambu yang telah berisikan adonan leumang. Terbagi dari berbagai ukuran bambu, dari yang kecil hingga berukuran setengah meter, dengan diameter mulai 3-5 centimeter.
Lemang Nek Hafsah dijual dengan harga yang bervariasi. Mulai dari harga Rp30.000 hingga Rp100.000 per batang bambu, tergantung besaran bambunya. Namun selain dijual perbambu, lemang terseut juga dijual secara eceran dengan harga Rp5.000-Rp10.000 per potong, tergantung besarnya.
Lemang adalah salah satu panganan favorit masyarakat Aceh dikala Ramadan. Lemang dimasak di dalam ruas bambu yang bagian dalamnya sudah dilapisi denga selembar daun pisang. Bahan-bahan yang dipakai untuk membuatnya tidak terlalu banyak, yaitu garam, beras ketan, santan.
Cara pembuatan Lemang pun terbilang cukup mudah. Yang pertama dilakukan adalah merendam ketan di dalam santan terlebih dulu. Setelah direndam, ketan dan santan dimasukkan ke dalam batang bambu, lalu dibakar di atas bara api.
Pembakaran tersebut dilakukan hingga ketan yang ada di dalam bambu benar – benar matang. Lemang saat bulan puasa sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Aceh. Panganan ini adalah salah satu menu takjil andalan.
Lemang yang dibakar tersebut akan matang dan siap dikonsumsi setelah dipanggang selama 4 jam lebih. Tergantung bara dan suhu api yang disiapkan.
Foto: Hotli Simanjuntak/digdata.ID