Rasa cemas dan sedih tergambar jelas diwajah Kartina dan Aidil Fitri orangtua dari Rafif Azmi (4,8), seorang balita yang didiagnosa terserang gagal ginjal akut asal Aceh Tengah.
Derita itu mereka rasakan diawal Oktober 2022 saat putranya yang masih balita ini di vonis menderita gagal ginjal akut dan harus melakukan Hemodialisis (HD) atau cuci darah, di rumah sakit.
Berawal dari demam yang dialami oleh Rafif Azmi, sang ibupun kemudian memberi obat penurun panas bermerek Bebi Caugh, yang bisa dibeli bebas di toko obat, namun pasien malah mengalami diare dan sang ibu pun kembali memberi obat zink untuk menyembuhkan diarenya.
“Namun mencretnya tidak kurang, malah Rafif menderita muntah-muntah tidak berhenti, makan tidak mau, minum pun tidak mau, hingga kondisinya semakin lemah” Kisah Kartina.
Saat itu sang ibu mulai panik dan cemas dengan kondisi putranya, sehingga segera memanggil perawat kerumah untuk minta anaknya di infus, namun tak ada perubahan pada kondisi putranya, kartina dan suaminya baru sadar jika putranya tidak Buang Air Kecil (BAK) selama dua hari, kaki, tangan dan matanya bengkak sehingga ia dan suaminya memutuskan membawa anak mereka ke rumah sakit Datu Beru di Aceh Tengah.
Sesampai di rumah sakit, Rafif menjalani pemeriksaan urin dan cek darah dan hasilnya Rafif mengalami masalah pada fungsi ginjalnya. Sehingga anak laki-laki usia 4 tahun tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh.
“ Sampai di RSUZA, adek (Rafif Azmi-red) dilakukan pemeriksaan darah lengkap, hasilnya ginjal anak kami bermasalah dan tidak berfungsi, semestinya 96 % tapi ginjal adek yang berfungsi hanya 6,2 % sehingga harus dilakukan cuci darah” cerita Kartina.
Selain itu, Kartina juga mengatakan, selama anaknya dirawat di RSUZA putranya sudah menjalani HD selama 8 kali dan kondinya masih belum ada perubahan yang drastis. Dan ia berharap anaknya bisa cepat sembuh dan pemerintah bisa menemukan solusi untuk penyakit ini.
“ Selama dirawat disini sudah 8 kali HD, dan saat HD yang ke 4, adek mengeluarkan kencing tapi tidak banyak, dan saat mau HD yang ke 5 kondisinya drop dan tidak sadarkan diri, detak jantungnya juga tidak beraturan dan sesak nafas” jelas warga Aceh Tengah tersebut.
“ Kami serahkan semua pengobatan pada tim dokter, kami tidak pernah tahu apa penyebab anak kami mengalami ginjal akut. Apakah karena makanan, atau karena obat atau karena kelebihan cairan, masih belum tahu pastinya karena masih dilakukan penelitian terhadap kasus tersebut,” jelas kartina lagi.
Baca Juga: https://digdata.id/baca/ketua-idai-cabang-aceh-26-anak-di-aceh-menderita-ginjal-akut/
Derita Rafif Azmi (4,8) warga Takengon Aceh Tengah tersebut juga dirasakan Naura Aulia, bayi berusia 10 bulan yang juga mengalami kondisi yang sama. Namun setelah menjalani perawatan intensif selama 15 hari, ia dinyatakan sembuh, dan Naura kini kembali berkumpul dengan keluarganya di rumah.
“Alhamdulilah sudah sepuluh hari anak kami bawa pulang ke rumah, kondisinya sudah sehat,” kata Edi Syhaputra (37) ayahanda Naura kepada wartawan, Sabtu (22/10/2022).
Edi dan Naura tercatat sebagai warga Kuta Alam Banda Aceh.
Selama perawatan di RSUZA, Naura harus menjalani cuci darah sebanyak lima kali, setiap kali tindakan HD, kondisi Naura terus membaik, selama 5 kali cuci darah, 3 kali dilakukan diruang NICU, Dua kali lagi dilakukan di kamar ruang rawat,“ jelanya.
Lebih lanjut Edi menceritakan, awalnya Naura mengalami demam tinggi sekitar Minggu (2/10/2022), dan ada bercak merah seperti penyakit campak, kemudian radang tenggorokan. lalu Edi memberikan Naura Paracetamol untuk meredakan demam dan obat lambung yang berbentuk sirop. Sehari setelah pemberian obat itu, Naura muntah-muntah dan tak buang air kecil selama dua hari. Edi lalu melarikan anak ke empatnya itu ke rumah sakit.
“Sedih sekali karena semua rumah sakit penuh, tiga rumah sakit saya datangi, dan akhirnya setalah menunggu semalaman baru bisa masuk IGD RSUZA Banda Aceh,” ujar Edi.
Edi mengaku memberikan Paracetamol, Amoxcilin, dan obat lambung, yang kesemuanya dalam bentuk sirop.
Edi juga berharap untuk seluruh orangtua yang anaknya didiagnosis gagal ginjal akut agar tak putus asa dan jangan menyerah.
“Tetap berusaha dan berhentilah menangis, dan mulai sekarang jangan sembarangan memberi obat kepada anak,” katanya. (Yan)