Petani Aceh Dilatih Jadi Pemandu Sekolah Lapangan Kader Udara Bersih Indonesia

90 Petani dari Tiga Kabupaten Kota di Aceh dilatih untuk bisa mengolah lahan pertanian tanpa harus mengolahnya dengan membakar lahan. Hal ini juga bertujuan untuk mendapatkan kualitas udara yang bersih. Para petani yang dilatih berasal dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan, yang berlangsung di BPLP Saree, Aceh Besar.

Para petani mendapat teknik pengolahan tanan denga metode mulsa tanpa olah tanah. Ini merupakan salah satu teknik praktis yang dipelajari selama pelatihan. Metode ini merupakan penyempurnaan dari bermacam teknologi padi sawah yang ramah lingkungan.

Dalam pengelolaan sawah mulsa tanpa olah tanah ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh seperti suhu dan kelembaban tanah yang stabil begitu juga dengan struktur tanah. Hama keong terkelola dengan baik. Gulma yang selama ini menjadi masalah terhalang mulsa untuk tumbuh.

Direktur Eksekutif Yayasan FIELD Indonesia, Heru Setyoko, mengatakan, dalam pelatihan tersebut para peserta dilatih bagaimana cara bercocok tanam dengan dengan teknik pengolahan mulsa tanpa olah tanah.  Teknik ini lebih ramah lingkungan tanpa harus membakar lahan dan dapat mengurangi polusi asap di Indonesia.

Heru juga mengatakan, pelatihan ini betujuan untuk memperkenalkan metodologi atau teknik pengolahan lahan kepada petani agar meminimalkan gangguan terhadap lingkungan, terutama pembakaran lahan. 

 “Kami ingin menciptakan udara bersih di Indonesia dengan memperkenalkan metodologi baru mulsa tanpa olah tanah. Ada tiga mulsa tanpa olah tanah. Yakni dengan  bedengan kayu, tumpukan kayu yang diberikan tanah dan mulsa, serta deep litter chicken,” Jelas Heru Setyoko lagi.

mengolah lahan, menigkatkan kadar udara yang bersih. Poto: Fitri/Digdata.id

Selama ini masih banyak masyarakat yang membuka lahan untuk bertani dengan cara membakar hutan sehingga dapat menimbulkan banyak masalah baru yang dihadapi masyarakat, seperti adanya kebakaran yang menyebabkan masalah kesehatan seperti ispa, polusi udara, kerusakan ekosistem, sawah tidak panen, pendapatan hilang, sekolah ditutup, keluarga pindah ke lokasi lain, bisnis di tutup, sehingga harus dicarikan solusinya. 

Sebanyak 95% masyarakat menginginkan pembakaran berkurang, namun bagaimana mengurang pembakaran dan menciptakan udara bersih. 

Selain itu, saat ini petani juga menghadapi dampak perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, dan masyarakat mengalami kerugian hasil/panen akibat kekeringan dan banjir tersebut sehingga sector pertanian terus terancam, lahan pekerjaan bagi petani hilang dan berpengaruh pada kesejahteraan hidup para petani.

“ Dan Program Udara Bersih Indonesia menjadi salah satu solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi petani saat ini,” sebut Heru.

Program Udara Bersih Indonesia menjadi salah satu solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi petani. Poto: Fitri/Digdata.id

Program Udara Bersih Indonesia dikembangkan dalam upaya untuk mengurangi resiko perubahan iklim dan menjawab persoalan yang ada dengan mempromosikan dan memberikan pelatihan praktek pertanian yang dapat mewujudkan udara bersih melalui penerapan teknologi mulsa tanpa olah tanah, bedengan kayu, dan pembuatan kompos serasah dengan Ayam, serta pembuatan pupuk daun dengan cangkang telor atau kerang.

Program Udara Bersih Indonesia saat ini telah dikembangkan di 8 Propinsi di Indoneisa, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Lampung, di 308 desa, dengan target penerima manfaat sebanyak 18.000 petani. 

Diharapkan Program Udara Bersih Indonesia dapat menjadi model yang bisa dikembangkan diseluruh Indonesia untuk menciptakan Udara Bersih Indonesia. (Yan)

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.