Sungai Aceh Peringkat 7 Tercemar Mikroplastik

Sungai di Aceh berada peringkat ke tujuh di Indonesia tingkat pencamaran mikroplastik. Ini terungkap setelah Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) melakukan penelitian selama 2022 seluruh Indonesia.

Hasil penelitian tentang kondisi pencemaran mikroplastik terhadap sungai-sungai di Indonesia terungkap bahwa, sebagian besar sungai di Indonesia dibanjiri mikroplastik, termasuk Aceh.

Data tersebut dikumpulkan oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 yang menguji kandungan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional di 24 provinsi di Indonesia.

Bila dirangking, 10 provinsi yang teratas dengan kontaminasi partikel mikroplastik tertinggi yaitu, Jawa Timur ditemukan 636 partikel/100 liter, Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/100 liter, Sumatera Barat ditemukan 508 partikel/100 liter, Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, Sulawesi Tengah 417 partikel/100 liter.

Lalu Gorontalo ditemukan 375 partikel/100 liter, Aceh 366 partikel/100 liter, Kalimantan Selatan 363 partikel/100 liter, Sulawesi Selatan 338 partikel/100 liter dan Jawa Barat 336 partikel/100 liter.

Sumber Ecoton dan betahita.id

Air sungai memiliki peranan vital dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari sebagai habitat berbagai macam organisme. Keadaan sungai di Indonesia sampai ini dinilai masih buruk karena banyak ditemukan sampah plastik di bantaran dan badan air.

Hal ini yang menjadi sumber dari adanya kontaminasi mikroplastik, yaitu partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Kontaminasi mikroplastik di sungai Indonesia tahun 2022 didominasi oleh Fibre (Serat), Film (Filamen), Fragment, Pellet dan Foam.

Berdasarkan data Kemeterian PUPR 2020 yang dikelola oleh FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran), tata kelola sampah di Indonesia belum merata, regulasi terkait tata kelola sampah di level daerah masih minim. Dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia hanya 45 persen yang sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan.

Sampah medis juga terdapat di lokasi pembuangan sampah sembarangan oleh masyarakat setempat. Foto: Hotli Simanjuntak/digdata.ID

Sementara itu, Presiden Jokowi meminta pengelolaan sampah harus menjadi program penting dibuat terpadu dan sistemik. Harus ada keterlibatan masyarakat dan swasta serta sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengelolaan sampah masih dilakukan dengan tradisional memakai pola land field. Presiden Jokowi mengatakan, pola ini sangat berbahaya karena hanya buang, angkut dan timbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, pemanfaatan sampah saat ini masih sangat kecil, hanya sekitar 7,5 persen dari total sampah yang menumpuk setiap hari.

Masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan, sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup. Berdasarkan komponennya plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol A.

Sumber Ecoton dan betahita.id

Apabia tubuh terpapar oleh senyawa tersebut maka akan menyebabkan iritasi atau gangguan pernafasan, mengganggu hormone endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker. Senyawa tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan alkalyphenol juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada kesuburan.

Senyawa dari plastik memiliki aktifitas mengganggu hormone estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen. Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan.

Krueng Aceh Tercemar Mikroplastik
Sampah botol plastik di kawasan pelabuhan TPI. Foto: Hotli Simanjuntak/digdata.ID

Semakin bertambahnya timbulan sampah menandakan bahwa banyak sampah plastik yang bocor ke lingkungan, TPA yang overload di setiap daerah dan adanya kontaminasi mikroplastik di 68 sungai Indonesia yang tersebar di 24 provinsi di 9 pulau di Indonesia.

Ecoton menganggap, sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah membuat kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan masalah persampahan dan tata kelola sampah di Indonesia agar sampah plastik tidak bocor ke lingkungan yang menjadi cikal bakal mikroplastik.[acl]

Sumber: betahita.id

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.