Ternak di Jawa Timur Terinfeksi Penyakit Menular, Jadi Peringatan Daerah Lain

Peternak sapi Provinsi Jawa Timur harus merelakan sapinya. Hewan ternak itu tidak mampu bertahan melawan penyakit mulut dan kuku (PMK), wabah penyakit yang merebak itu membuat hewan peliharaan terinfeksi.

PMK telah ditemukan di empat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Penyakit menular ini telah menyerang sekitar 1.600 ekor ternak sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah meminta kepada pemilik maupun peternak untuk mengisolasi serta mengkarantina seluruh hewan ternak yang terjangkit maupun yang masih sehat. Ini untuk memberikan proteksi sehingga penularan pada wabah ini bisa dikendalikan mulai dari kecamatan.

Gubernur Khofifah menyampaikan PMK yang merebak saat ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100%.

“Namun, yang perlu kita ketahui bersama penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja,” jelasnya.

Khofifah mengimbau, para pemilik maupun peternak untuk mengisolasi serta mengkarantina seluruh hewan ternak yang terjangkit maupun yang masih sehat. Ini untuk memberikan proteksi sehingga penularan pada wabah ini bisa dikendalikan mulai dari kecamatan.

Menurutnya, karantina bisa dilakukan mulai dari kecamatan atau desa yang memiliki kandang hewan ternak yang jaraknya berdekatan. Alasannya, penularan virus PMK ini bisa terjadi lewat udara atau airbone yang mirip dengan COVID-19.

Diharapkan, kecamatan yang tidak terkonfirmasi positif PMK juga melalukan upaya karantina dan isolasi terlebih dahulu. Jangan sampai ada interaksi antara ternak yang terkonfirmasi positif dengan ternak yang masih sehat.

“Melalui karantina dan isolasi seperti ini, kita bisa perkirakan jarak atau radius dari udara yang bisa membawa virus ini sejauh mana. Sehingga penularannya bisa dikendalikan,” urainya.

Dia juga minta agar hewan ternak seperti sapi-sapi yang terkena wabah PMK atau yang belum segera diproteksi dengan cara tidak dibawa keluar kandang terlebih dahulu.

Kalau penyebarannya melalui transmisi udara, maka hewan yang di dalam jangan keluar dan hewan yang dari luar jangan masuk ke dalam.

“Pola pencegahan ini mirip dengan penanganan COVID-19,” tambah Khofifah.

Hentikan Lalulintas Ternak

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof. drh. R. Wasito, M.Sc., Ph.D menjelaskan, PMK atau dikenal sebagai foot and Mouth Disease adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan babi namun tidak menular ke manusia.

Gejala paling umum dari ternak yang terinfeksi PMK adalah demam dan pembentukan lepuh, bisul serta koreng pada mulut, lidah, hidung, kaki, dan puting. Bahkan, terdapat lesi pada kaki dan sela jari kaki.

Bagi ternak yang terinfeksi biasanya mengalami depresi, enggan bergerak, dan hilang nafsu makan, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi susu, turunnya berat badan, dan buruknya pertumbuhan.

“Hewan terinfeksi juga mungkin memiliki cairan hidung dan air liur berlebihan,” ujarnya, Senin (9/5/2022).

Meski wabah ini terjadi di Jawa Timur, namun penularan PMK perlu diantisipasi agar tidak mewabah ke daerah atau provinsi lain. Oleh karena itu, Wasito menyarankan agar tidak ada lalu lintas ternak antar kabupaten/kota di daerah yang menjadi sumber wabah.

“Hentikan lalu lintas produk pertanian mentah maupun olahan,” katanya.

Di samping itu juga dilakukan pengawasan transportasi ketat, yaitu terutama kendaraan dan manusia yang akan keluar dari daerah wabah. Perlu diperketat pos-pos pemeriksaan untuk lalu Lintas Hewan. Yang tidak kalah lebih penting menurut Wasito adalah segera dilakukan bio surveillance serentak pada semua hewan ternak yang mungkin dapat tertular PMK, termasuk hewan ternak dan hewan liar yang ada di Kebun Binatang.

“Harus dapat diisolasi PMK, ditentukan serotype-nya, dilakukan sequencing dan phylogenetic,” katanya.

Tidak cukup sampai di situ, pihak terkait dan berwenang juga harus melakukan vaksinasi di daerah yang ditengarai menjadi lokasi wabah PMK tersebut. Sementara di seluruh kandang ternak dilakukan disinfektansi di daerah dan di luar sekitar wabah.

Kejadian wabah PMK yang menjangkiti ternak di Jawa Timur ini menjadi perhatian Wasito sebab sejak 1990 Indonesia bebas dari penyakit mulut dan kuku ini. Namun, jika sekarang ini bisa terjadi wabah dan penularan yang begitu masif, Wasito menengarai masuknya penyakit tersebut berasal dari impor ternak atau daging dari negara yang endemik PMK.

“Pejabat terkait perlu dipanggil dan dimintai pertanggungjawaban. Hal itu sangat perlu dilakukan demi penuntasan kasus PMK dan pembelajaran demi masa depan pertanian yang optimal,” pungkasnya.[acl]

Sumber: ugm.ac.id/ detik.com

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.