Kasus stunting (gagal tumbuh) di Aceh hingga saat ini masih menduduki posisi ketiga tertinggi dengan capaian 33,2% tahun 2021 secara nasional.
“Tingginya kasus stunting di Aceh banyak dipengaruhi oleh kebiasaan atau pola hidup sehat masyarakat yang masih sangat kurang, diantaranya masih buang air besar sembarangan, alias masih buruknya sanitasi,” ujar Sulasmi, Kepala Bidang Yankesmas Dinas Kesehatan Aceh, Sabtu (12/11/2022)
Tak hanya itu, Sulasmi juga mengatakan dari sisi pendataan, kasus stunting (gagal tumbuh karena gizi) di Aceh juga belum terdata dengan baik, seperti halnya di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Simeulu. Kasus stanting yang terinput hanya 25% saja sehingga ada 75% lagi yang tidak terinput.
Hal yang sama juga dikatakan Nutrission Officer UNICEF pewakilan Aceh, dr. Natasya PB yang mengatakan 1000 kali kehidupan pertumbuhan sel-sel darah otak sangat berpengaruh pada 1000 hari pertama kelahiran yang dikenal dengan periode emas (Golden Age).
“ Stunting lebih baik dicegah dari pada ditanggulangi, karena tidak ada penanggulangan stunting pada saat ini, kecuali dengan pencegahan,” sebut dr.Natasya pada kegiatan media gathering yang dilaksanakan Flower Aceh dan Unicef untuk peningkatan jurnalis Aceh untuk pencegahan stanting di Banda Aceh Sabtu (12/11/2022).
Kegiatan yang diikuti oleh para jurnalis ini juga diisi oleh jurnalis senior dari Harian Kompas, Ahmad Arif, yang membagikan tips-tips meliput isu stunting, “Media juga punya peran penting dalam peliputan isu kesehatan. karena dari hasil Survei menunjukan bahwa masyarakat mendapatkan sebagian informasi dari media massa,” kata Ahmad Arief.
Kendati demikian, sebuat Ahmad Arif, dalam memberitakan sebuah informasi, jurnalis tetap harus memperhatikan kode etik jurnalistik terutama yang bersentuhan langsung dengan korban atau penderita. “Jangan setelah ada kasus, baru diliput, pertimbangkan isu yang paling berdampak atau bermanfaat bagi masyarakat” jelas Ahmad Arif. (Yan)