PUGa, Semangat Pemuda Kluet Selatan Merawat Hutan

Tanah seluas dua hektar milik Syamsuar dijadikan menjadi lahan konservasi bagi anak muda Gampong Pasie Lembang, Kecamatan Kluet Selatan, Aceh Selatan. Persis di pinggir jalan utama daerah tersebut dimanfaatkan oleh kelompok PUGa (Peduli Uten Gampong).

Tanah tersebut dimanfaatkan sebagai tempat budidaya Madu Kelulut atau disebut Madu Linot dengan ditanami tumbuhan berbunga dan buah-buahan. Tanaman itu menjadi pakan bagi linot. Selain itu sebagian lainnya juga dimanfaatkan sebagai tempat memproduksi Paving Block.

Berawal dari keresahan dan keprihatinan anak muda di desa tersebut kerusakan lingkungan hidup di Aceh Selatan. Baik itu karena pembalakan liar dan pembukaan tambang liar yang semakin masif. Sehingga mereka berinisiatif membentuk sebuah lembaga yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan yang diberi nama PUGa tersebut.

Lembaga yang berisikan anak muda sebagai motor penggeraknya ini sudah berdiri selama  tiga tahun, tepatnya 26 Desember 2020 bertepatan dengan 16 tahun gempa dan tsunami Aceh.

Penasihat PUGa, Anisullah  mengatakan, terbentuknya lembaga ini menjadi pelopor anak muda merawat lingkungan hidup dan sumber daya alam. Selain itu semangatnya menjadi lembaga pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan hasil alam.

“Sehingga permasalahan kerusakan lingkungan dapat kita atasi bersama, begitu juga untuk memberdayakan ekonomi masyarakat di gampong,” kata Anis.

Katanya, sebagai aksi nyata merawat lingkungan hidup dan peningkatan perekonomian warga. PUGa melakukan budidaya madu kelulut atau lebih dikenal dengan sebutan madu linot. 

Anisullah menyampaikan, saat ini sudah ada 20 kotak sarang madunya dan akan dipanen dalam waktu dekat. Usaha ini akan terus dikembangkan lebih banyak lagi agar hasilnya bisa membantu perekonomian anggota dan bisa memperkenalkan kepada masyarakat di gampong Pasie Lembang. 

“Supaya masyarakat tidak lagi merambah hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup,” ungkapnya.

Selain budidaya madu linot, kelompok ini juga membuat paving block dari sampah plastik yang dikumpulkan dari warga desa dan sebagiannya dipilih dari pinggir laut. Dan untuk pembuatan paving block sendiri mereka masih mencari cara untuk mengurangi pencemaran udara dalam pembuatannya.

Anis juga menjelaskan, gampong Pasie Lembang memiliki banyak sumber daya alam yang harusnya bisa dimanfaatkan secara baik tanpa harus merusaknya. 

Oleh sebab itu, melalui PUGa ini ia berharap menjadi motor penggerak sehingga semua Sumber Daya Alam yang ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan dapat memberdayakan ekonomi.

 “Harapannya lembaga ini selain menjadi lembaga perlindungan lingkungan khususnya hutan juga bisa menjadi lembaga yang bisa memberdayakan ekonomi masyarakat dengan memperhatikan nilai-nilai perlindungan,” cerita Anis lagi.

Subhan, Divisi Konservasi PUGa menjelaskan, selain budidaya linot, dan pengolahan paving block dari sampah plastik yang dikumpulkan dari warga. Juga dilakukan pembibitan tanaman pohon, yang akan ditanam di tempat restorasi dan kawasan hutan yang gundul akibat pembukaan lahan dan ilegal loging.

“Upaya pelestarian lingkungan ini dilakukan, supaya tidak banyak yang menebang pohon lagi, ini juga menjadi sumber peningkatan perekonomian masyarakat di desa tersebut,” ucap Subhan.

Pada umumnya kegiatan PUGa ini adalah memberi kesadaran bagi masyarakat untuk tidak lagi merusak hutan. Saat ini anggota PUGa yang aktif ada 13 orang, banyak yang berada di luar Pasie Lembang karena sedang kuliah dan kerja.

Ia berharap kedepannya akan lebih banyak lagi komunitas-komunitas anak muda gampong yang peduli Lingkungan dan merawat kelestarian hutan.[ac]

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.