Mengenal Curacao, Lawan Timnas U 19 Tak Boleh Diremehkan

Curacao, nama negara yang asing di Indonesia. Tapi dalam kontestasi sepak bola tidak bisa diremehkan, mereka cepat melambung. Menempati  peringkat ke-84 World FIFA Ranking. Hampir dua kali lipat di atas posisi Indonesia yang 155.

Meskipun baru menjelma menjadi negara baru, setelah  memisahkan diri dari Antilles Belanda, 10 Oktober 2010 lalu, walau masih di bawah pengaruh Kerajaan Belanda. Kemajuan sepak bola di Curacao maju pesat.  Layak jadi jembatan tim nasional Indonesia menuju peringkat FIFA yang lebih baik.

Wilayahnya kecil. Terletak di Karibia, luasnya hanya 444 km. Dua kali wilayah Kota Bogor saja. Penduduknya hanya 155 ribu. Kalau Indonesia kesulitan mencari 11 pemain dari 275 juta penduduk. Tak sulit bagi Curacao menemukan 11 pemain terbaiknya dengan jumlah penduduk jauh populasi seperti Nusantara ini.

Jika sebagian orang menilai peringkat FIFA bisa saja, maka tanyalah kepada Gregg Berhalter, bagaimana kekuatan Cucarao. Berhalter adalah pelatih timnas Amerika Serikat di Piala Emas Concacaf 2019 lalu, turnamen terakhir yang diikuti Cucarao.

“Kalian ingin kami habis-habisan dan mengalahkan mereka 5-0. Tapi kami tahu, ini akan jadi pertandingan yang berat. Mereka tahu tak ada lagi esok hari jika mereka kalah,” katanya.

AS adalah lawan Curacao di perempat final Piala Emas Concacaf 2019. Mereka beruntung, main di hadapan publik sendiri. Mereka juga sangat beruntung memiliki kiper Zack Steffen. Empat kali dia melakukan penyelamatan gemilang. Kalau tidak, Curacao sudah melaju ke perempat final. Curacao hanya kalah tipis 0-1.

Remko Bicentini, pelatih Curacao yang saat itu juga menangani timnas di Piala Emas Concacaf, bangga dengan performa pasukannya. Bukan hanya nyaris mengalahkan AS –yang akhirnya maju ke final sebelum dikalahkan Meksiko, tapi juga karena penampilan di penyisihan grup.

Jika di edisi sebelumnya, 2017, Curacao selalu kalah dan tak mencetak sebiji gol pun, kali ini mereka lolos ke perempat final tanpa kebobolan satu gol pun.

Curacao memiliki pemain bagus. Rata-rata berkiprah di Belanda. Sebagian adalah yang lahir di Negeri Dam itu. Tak heran, sebagian di antara mereka berkiprah di klub-klub Belanda.

Ada yang main di level tertinggi, Eredivisie, ada pula yang di bawahnya. Satu yang kian bersinar adalah Quilindschy Hartman. Sayangnya, Feyenoord, satu dari tiga klub terbaik Belanda, tak melepasnya melakukan debut bersama Curacao di Indonesia karena masih harus memulihkan cedera.

Tak sedikit pula yang merumput di liga-liga lainnya di Eropa. Dua bersaudara Leandro dan Juninho Bacuna main di klub Inggris. Leandro main di klub kasta tinggi semisal Aston Villa, Reading, dan Cardiff City. Juninho memperkuat Birmingham City.

Timnas mereka juga dibangun  pelatih-pelatih hebat. Tentu dengan memanfaatkan koneksi Belanda. Dua nama terkenal pernah menukangi: Guus Hiddink dan Patrick Kluivert. Hiddink, salah satu pelatih terbaik Belanda, bahkan menjadikan Curacao sebagai tim terakhir yang dia tangani sebelum pensiun.

Dengan kondisi seperti itu, tak ada alasan “mengecilkan” makna uji coba timnas lawan Curacao ini.

Bagi Timnas, pertandingan internasional ini memiliki dua makna yang penting. Pertama, tentu saja sebagai ajang mengasah kemampuan tim yang disiapkan menghadapi Piala Asia 2023 yang lokasi penyelenggaraan belum dipastikan.

Mengasah kemampuan dan kekompakan pemain penting dilakukan melalui pertandingan. Selain mendapatkan pengalaman internasional lebih banyak. Duel ini juga jadi kesempatan bagus bagi pelatih Shin Tae-yong menyigi kekurangan dan memperbaiki kualitas kemampuan timnya.

Menyiapkan tim yang lebih bisa “berbunyi” di Piala Asia 2023 yang bisa saja digelar di Indonesia, adalah tugas Shin Tae-yong.

Dia dan timnya butuh pertandingan-pertandingan uji coba seperti ini. Selain itu, pertandingan ini juga bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak posisi timnas Indonesia dalam daftar peringkat FIFA. Tak perlu terlalu muluk mencapai peringkat ke-76 seperti pada September 1998, masuk 100 besar saja sudah patut disyukuri.

Peringkat FIFA, bagaimanapun, memiliki arti cukup penting. Bukan sekadar menjadi tolok ukur posisi tim nasional, tapi juga jadi penentu setiap mengikuti turnamen. Di setiap turnamen-turnamen resmi FIFA, pengundian dilakukan melalui pot-pot yang berdasarkan peringkat timnas.

Di Piala Asia 2023, misalnya, timnas dipastikan akan menghadapi lawan-lawan berat di penyisihan grup. Karena Indonesia masuk dalam pot 4. Itu karena pasukan Shin Tae-yong memiliki peringkat FIFA ke-155, paling rendah di antara 23 tim lainnya.

Last but not least, pertandingan internasional Indonesia vs Curacao yang digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Kota Bandung pada Sabtu, 24 September 2022 dan Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor di hari Selasa, 27 September 2022, adalah kesempatan bagi penggemar tim nasional mengobati rindu menyaksikan penampilan tim kesayangan.

Pelatih Shin Tae-yong terus mematangkan persiapanTimnas U-19 jelang menghadapi laga FIFA Match Day melawan Curacao. Skuad Garuda menjalani latihan perdana di Stadion Sidolig, Bandung pada Senin (19/9/2022). Latihan tersebut langsung dipimpin pelatih Shin Tae-yong.

Shin Tae-yong mengatakan di sesi latihan perdananya ini, ia hanya ingin melihat kondisi para pemainnya.

“Seperti apa yang dilihat, latihan hari ini hanya pemulihan saja dan perkenalan dulu antar pemain. Jadi pemanasan saja,” kata Shin Tae-yong.

Pelatih asal Korea Selatan tersebut menambahkan belum mengetahui mengenai kekuatan tim Curacao. Ia berencana baru akan menganalisa calon lawannya tersebut.

“Jujur enggak tahu tentang Curacao, sampai besok akan analisa tentang tim seperti apa baru nanti kasih tau taktiknya gimana. Di dua pertandingan memang di home ya, jadi akan menjadikan pertandingan yang baik,” jelasnya.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan sempat  melihat langsung latihan timnas Indonesia di Stadion Sidolig, Bandung, pagi dan malam hari ini. Tujuannya memberikan semangat agar saat laga FIFA matchday melawan Curacao bisa tampil penuh percaya diri,  karena yang dihadapi adalah negara dengan peringkat lebih tinggi dari Indonesia.

“Peringkat terpaut jauh tidak apa-apa. Ini yang kita cari. Pemain bisa mendapatkan pengalaman. Saya juga tahu banyak pemain mereka yang bermain di liga-liga hebat di Eropa. Tetapi, jangan patah semangat. Apalagi dua kali pertandingan akan dimainkan di Indonesia (GBLA dan Pakansari). Pasti suporter juga akan mendukung,’’ kata Iriawan.

Iriawan pun berharap suporter untuk berduyun-duyun datang ke stadion untuk mendukung pemain timnas. Ia yakin suporter yang juga pemain ke-12 akan memberikan dampak signifikan permainan di lapangan.

“Datang ke stadion akan lebih baik. Namun, kalau tidak bisa cukup nonton di televisi dan doakan timnas Indonesia bisa menang,” ungkapnya. [acl]

Sumber: pssi.org

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.