Pelari Kampanyekan Nol Thalassemia di Nol Kilometer Indonesia

Tiga puluh orang lebih pelari dengan berbagai profesi dan latar belakang dari berbagai daerah di Indonesia, berlari sejauh 47 kilometer mengkampanyekan zero (nol) thalassemia di Aceh dan berakhir di Tugu Nol Kilometer Indonesia, di Pulau Weh, Aceh.

Founder Yayasan Darah untuk Aceh (YDUA), Nurjannah Husien di Banda Aceh, mengatakan, ini merupakan kegiatan amal untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya thalassemia dan untuk mengurangi angka kelahiran thalassemia khususnya di Aceh.

” Dengan kegiatan kampanye ini, kitaberharap Aceh bisa zero thalassemia di tahun 2035 mendatang,” kata Nurjannah.

Kegiatan bertajuk ‘Run For Zero Thalassemia’ ini dilaksanakan untuk membantu para penyintas thalassemia di Aceh yang setiap bulan harus melakukan transfusi darah secara rutin di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.

“Kami mengajak para pelari dari beberapa daerah untuk lkut mendukung kampanye kami dengan berlari dan menggalang dana untuk para penyintas thalasemia di Aceh, bahkan, hari ini Danlanal dan 11 anggotanya juga ikut berlari, membantu melakukan kampanye,” jelas Nurjannah, Sabtu (14/01/2023).

Nicky Hogan, seorang pelari, mengatakan keikutsertaannya dalam kegiatan ini, bertujuan membantu meringankan beban para penyintas thalasemia di Aceh.

“Akibat thalasemia, kebahagiaan dirampas, kehidupan direnggut, bahkan pada usia dini. Namun masih ada yang dapat kita lakukan, selalu akan ada harapan, untuk mengembalikan kebahagiaan itu, untuk mempertahankan kehidupan itu. Dan kami akan berlari untuk itu,” ujarnya.

Thalassemia adalah penyakit keturunan (genetik) yang langka dan belum ada obatnya. Salah satu upaya penyembuhannya adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang. Namun upaya ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama.

Selain itu untuk mempertahankan daya, penyintas thalassemia juga harus melakukan Transfusi darah secara rutin,  biasanya dilakukan sebulan sekali atau kurang.

Transfusi darah menimbulkan efek samping yakni penumpukan zat besi di dalam darah pasien. Untuk mengurangi zat besi dalam tubuh, pasien juga harus minum obat secara rutin setiap hari. Biaya transfusi darah dan obat-obatan yang harus dikonsumsi itu tergolong besar, dan harus dilakukan seumur hidup. (Yan)

Tulisan Terkait

Bagikan Tulisan

Berita Terbaru

Newsletter

Subscribe to stay updated.