Psikolog UGM, Prof. Drs. Koentjoro, M.BSc., Ph.D mengatakan kurang setuju jika sekolah melarang main lato-lato.
Menurutnya ada dampak positif dari permainan ini. Selain dapat mengurangi ketergantungan anak-anak dari handphone, juga meningkatkan pemahanan terhadap permainan tradisional yang nyaris tergerus dengan teknologi.
Justru sekolah, sebut Koentjoro harus mengambil peran untuk memberikan pengertian pada siswanya aturan dan cara bermain lato-lato yang aman dan tidak mengganggu lingkungan.
Menurutnya, sekolah justru bisa menjadi fasilitator bagi anak dalam menyalurkan hobi bermain lato-lato. Misalnya dengan menyelenggarakan lomba lato-lato yang tidak hanya sebagai sarana menampung hobi anak, tetapi juga mengajarkan bagaimana bermain secara jujur dan sportif.
“Sekolah mengingatkan. Bukan hanya sekedar melarang karena berbahaya atau membiarkan saja, namun anak-anak diingatkan bahaya lato-lato bagi diri sendiri dan orang lain serta kapan bisa bermain biar peka terhadap lingkungan,” paparnya.
Awal 2023 anak-anak hingga orang dewasa lagi demam permainan lato-lato, permaian tradisional yang lama tak muncul kembali dimainkan nyaris setiap sudut di tanah air.
Menurutnya ada banyak dampak positif yang diperoleh, khususnya bagi anak-anak. Permainan lato-lato dapat melatih konsentrasi, ketangkasan fisik, kepercayaan diri, sosialisasi, dan lainnya.
“Lato-lato ini bisa menjadi sarana anak berolahraga, belajar konsentrasi secara murah,” tuturnya.
Kendati demikian, Koentjoro menyampaikan selain dibutuhkan peran sekolah untuk membimbing juga pengawasan orang tua saat anak-anak main lato-lato.
Menurutnya, peran orang tua menjadi krusial untuk memberikan pemahaman atau mengedukasi anak-anak terkait cara, aturan, hingga bahaya dari setiap permainan yang dimainkan termasuk lato-lato.
“Peran orang tua harus ada, bermain dengan aman harus diajarkan kepada anak. Aturan kapan main juga dijelaskan seperti saat memakai HP, agar tidak mengganggu lingkungan,” ucapnya.[acl]